Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sadar Pakai Pupuk Organik, Panen Petani Trenggalek Meroket 2 Ton

Warga Trenggalek mulai sadar gunakan pupuk organik pasca pemerintah membatasi distribusi pupuk kimia bersubsidi. Seperti petani di Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari.

Hernawan Widiatmoko, Penyuluh Pertanian Wilayah Binaan Desa Wonoanti, menerangkan penggunaan pupuk organik kini jadi minat yang petani. Selain bahan terjangkau, panen yang dihasilkan melimpah.

"Melihat trend kami pada tahun 2020 saat percontohan menggunakan pupuk organik dengan lahan seluas 1 hektar, menghasilkan 4,8 ton panen padi. Namun pada 2023 ini naik 2 ton lebih di angka 6,25 ton," terang Hernawan.

Hernawan menjelaskan, ada dua versi di tahun 2020 panen yang kurang memuaskan saat baru menggunakan pupuk organik. Pertama kondisi tanah yang belum stabil pasca menggunakan pupuk berbahan kimia.

"Kedua faktor musim, karena kurang air akhirnya mempengaruhi produksi tanam, kemudian di tahun 2023 semua full organik dengan aplikasi semprot kita ada peningkatan signifikan," tegasnya.

Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sesoni Makmur Petani di Trenggalek bisa menerima pupuk organik secara gratis. Seperti pada Rabu, (10/05/2023) petani rela antri membawa jerigen untuk mendapatkan pupuk organik.

Petani antri pupuk organik di Gandusari, Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

"Gapoktan sedoni makmur sendiri setiap musim tanam mengadakan pembagian Pupuk Organik Cair [POC], yang kami bagikan ini namanya Freetelan [Fermentasi Bahan Organik Ala Tlarah Katobilan]," ucapnya.

Hernawan memaparkan, bahan baku pupuk organik itu ada tiga unsur, yaitu polo pendem, polo kesimpar, polo gemandul. Polo pendem seperti empon-empon, umbi gadung, ketela pandesi. Polo kesimpar yaitu buah waluh limbah timun.

"Polo gemandul [seperti] kluwek, pucung, buah matang masak tidak dikonsumsi untuk pupuk dan semua ada disekitar kita. Bahan yang belum ada seperti buah pinang ini mulai penanaman di sekitar Desa Wonoanti," detail Hernawan.

Tambah Herawan, keberadaan pupuk organik itu lambat laun memiliki nilai guna mengawal pertumbuhan tanaman. Mulai pertumbuhan 15 hari sampai panen, dan menjawab kegundahan petani.

"Kami menggunakan inovasi melalui Gapoktan untuk menyikapi dalam kondisi keterbatasan pupuk kimia dan tanaman petani tetap tumbuh dengan baik, di lahan Gapoktan sudah hampir 8 kali tanam padi terus menerus dengan menggunakan pupuk organik," ujarnya.

Badri, petani asal Desa Wonoanti, menerangkan keberadaan pupuk organik mampu menggantikan pupuk kimia. Dulunya, ia menghabiskan 4 karung pupuk kimia, kini cukup menggunakan pupuk organik dan menghemat kondisi ekonomi.

"Sejak tahun 2020 saya memakai pupuk organik dan hasilnya itu satu minggu sudah kelihatan. Lahan saya 300 x 300 meter, cukup menggunakan satu jerigen 10 liter bisa digunakan menyemprot sebanyak 8 kali," tandasnya.