Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini

Press ESC / Click X icon to close

Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini
LoginKirim Artikel

RAPBD 2026 Disorot! DPRD Trenggalek Nilai Anggaran Stunting Terlalu Kecil

Komisi IV DPRD Trenggalek menilai anggaran penanganan stunting dalam RAPBD 2026 terlalu kecil dibanding kebutuhan di lapangan yang mencapai Rp 2,8 miliar.

  • 13 Nov 2025 14:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Komisi IV DPRD Trenggalek soroti kecilnya anggaran stunting di RAPBD 2026.
    • Hanya Rp 200 juta disiapkan dari kebutuhan Rp 2,8 miliar.
    • Sekitar 2.100 anak masih berpotensi alami stunting di Trenggalek.

    KBRT – Komisi IV DPRD Kabupaten Trenggalek menyoroti minimnya anggaran penanganan stunting yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2026. Padahal, kasus stunting di daerah ini masih menjadi perhatian serius.

    Ketua Komisi IV DPRD Trenggalek, Sukarodin, mengatakan berdasarkan hasil rapat bersama Dinas Kesehatan, RSUD dr. Soedomo, dan RSUD Panggul, masih terdapat sekitar 2.100 anak di Trenggalek yang berpotensi mengalami stunting dan memerlukan intervensi segera.

    “Ini menjadi keseriusan Komisi IV. Anak-anak yang berpotensi stunting ini harus segera ditangani,” ujarnya.

    Sukarodin menjelaskan, total kebutuhan anggaran untuk program penanganan stunting di Trenggalek mencapai Rp 2,8 miliar, namun dalam RAPBD 2026 baru dialokasikan sekitar Rp 200 juta.

    Menurutnya, angka tersebut jauh dari cukup untuk menutup kebutuhan program di lapangan. Upaya mencari tambahan dana dari pos lain juga tidak mudah karena sebagian besar sudah terserap untuk program prioritas.

    “Kalau kita coba mencari ke anggaran lain sebesar Rp 2 miliar sekian itu berat karena semuanya sudah mentok. Satu-satunya jalan adalah menaikkan pendapatan di Dinas Kesehatan, potensinya masih realistis,” tegasnya.

    Ia menambahkan, peningkatan pendapatan itu nantinya akan diarahkan untuk mendanai program percepatan penurunan stunting, agar prevalensinya tidak kembali meningkat pada tahun 2026.

    “Tambahan Rp 2 miliar ini penting supaya angka stunting yang sudah turun tidak naik lagi,” lanjutnya.

    Dari total 2.100 anak yang masih berisiko stunting, sebagian besar masih dalam usia yang memungkinkan untuk pemulihan gizi.

    “Kalau yang sudah lewat usia memang statusnya tidak bisa diubah lagi, tapi 2.100 anak ini masih bisa direcovery dengan tambahan asupan gizi dan pendampingan,” jelas Sukarodin.

    Ia menegaskan, keberhasilan program percepatan penanganan stunting sangat bergantung pada dukungan anggaran yang memadai.

    “Kalau tidak segera dikejar tambahan gizinya, mereka bisa masuk kategori stunting. Jadi ini perlu biaya yang cukup,” ujarnya. 

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Advertorial

    Editor:Zamz