KBRT - Di sudut jalan kecil Gang Sambi, Kelurahan Kelutan, Trenggalek, suara jarum menembus kulit sepatu terdengar begitu senyap. Di sanalah Purwanto (44), sosok sederhana yang menjadi pahlawan alas kaki, mengabdikan keterampilannya untuk merawat langkah-langkah warga Trenggalek.
Di tengah banjirnya alas kaki murah di pasaran, jasa sol sepatu milik Purwanto justru tetap dicari. Bukan hanya karena biayanya yang terjangkau, tetapi karena ketekunan dan sentuhan manusiawi dalam setiap jahitan.
“Ya, dalam sehari pelanggan yang datang tidak menentu. Tapi selama tiga tahun berjualan, saya rasa setiap harinya selalu ada pelanggan yang datang. Seperti hari ini, saya telah mengerjakan lima pasang,” ujar pria yang akrab disapa Pak Pur.
Dengan tarif Rp10.000 per pasang, ia tidak hanya menjahit sepatu, tetapi juga menjahitkan harapan bagi mereka yang ingin alas kakinya tetap awet. Bahkan, jika sepatu rusak parah, ia tetap melihat kemampuan pelanggan sebelum menentukan harga.
“Walau kondisi barang ada yang rusak, saya selalu menyesuaikan harga dengan kondisi pelanggan,” ungkapnya.
Sebelum menjadi tukang sol, Purwanto sempat mengadu nasib sebagai karyawan perusahaan di luar negeri. Namun, gemerlap gaji besar tidak mampu menandingi ketenangan hidup bersama keluarga di kampung halaman.
“Awalnya saya membuka jasa sol dengan keterampilan seadanya, tanpa rencana apa pun. Syukur, dengan ini saya sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” tuturnya.
Meskipun masa mudanya dipenuhi harapan menjadi abdi negara, kenyataan membawanya ke jalan yang berbeda. Namun, bukan berarti lebih rendah—justru lebih membumi.
“Namanya juga kehidupan, tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan. Saya dulu sekolah di SMA Taruna, sempat bercita-cita jadi polisi atau satpam,” kenangnya.
Saat bulan puasa, lapak kecilnya ramai pengunjung. Warga datang membawa alas kaki baru untuk diperkuat menjelang Lebaran. Dua temannya dari Pogalan kadang turut membantu menyelesaikan pesanan yang membludak.
“Di bulan puasa banyak yang datang menjahitkan alas kaki yang baru dibeli untuk Lebaran. Terkadang, dua teman saya dari Pogalan juga datang membantu,” tandasnya.
Dalam setiap jahitan Pak Pur, terpatri kisah ketekunan dan ketulusan. Ia bukan hanya memperbaiki sepatu, tapi juga merawat perjalanan hidup orang lain, satu pasang demi satu pasang.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz