KBRT - Sentra kerajinan bambu indah di Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, yang pernah berkembang pesat hingga ke pasar internasional, kini masih terimbas dampak pandemi Covid-19. Meski pandemi telah dinyatakan berakhir pada 21 Juni 2023 lalu oleh Presiden Joko Widodo, namun usaha kreatif ini masih kesulitan bangkit.
"Covid itu dampaknya masih membekas sampai sekarang. Selain roda ekonomi terganggu dan aktivitas terhambat, kami juga harus bersaing dengan online shopping," ujar Bu Bibit, salah satu produsen bambu indah di Wonoanti.
Setelah pandemi berakhir, penjualan mereka menurun cukup signifikan. "Kami biasa mengerjakan pesanan dari luar negeri. Saat ini sedang ada pesanan meja dan kursi dari Malaysia, tapi jumlahnya jauh menurun dibanding dulu," jelas Bu Bibit.
Usaha kreatif ini telah berdiri sejak 1991 dan berkembang pesat, bahkan pada 1998 mengikuti pameran internasional bersama ratusan negara. Hampir setiap tahun, produk-produk bambu dari Wonoanti juga selalu hadir di pameran di Kabupaten Trenggalek. Perkembangan tersebut berdampak positif dengan terserapnya banyak tenaga kerja lokal.
Kerajinan bambu Wonoanti tidak hanya memproduksi besek, tompo, dan copil, tetapi juga kreasi bernilai estetis dan fungsional seperti tudung saji, wadah dimsum, meja, kursi hias, hingga pintu.
Namun, setelah pandemi berakhir, usaha ini tidak lagi diikutsertakan dalam pameran oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
"Setelah pandemi, kami tidak lagi diikutkan dalam pameran. Mungkin pemerintah ingin mengembangkan UMKM lain seperti batik," kata Bu Bibit.
Para pengrajin berharap pemerintah kembali memberikan dukungan agar usaha ini bisa berkembang lagi.
"Kami berharap pemerintah bisa memberi perhatian lagi agar usaha ini tetap bertahan. Jika ada bantuan modal, kami siap bertanggung jawab mengelolanya," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Tri