KBRT - Di tengah gempuran sapu sintetis dan vakum cleaner, sapu sepet tetap bertahan sebagai alat kebersihan tradisional yang ramah lingkungan, awet, dan dapat digunakan baik di dalam maupun di luar rumah.
Sutoyo (54), warga Dusun Karang Tengah, Desa Sukorame, telah menekuni keterampilan membuat sapu sepet sejak muda. Ia mulai serius memproduksi sapu sepet sejak pandemi Covid-19 yang menghilangkan pekerjaannya.
“Produksi sapu sepet saya memiliki dua macam cara pengolahan material. Yang pertama, mengambil serat sabut kelapa dengan cara memukuli kulit kelapa sampai halus, dan yang kedua menggunakan mesin giling yang saya buat sendiri,” ujarnya.
Namun, Sutoyo lebih sering menggunakan mesin gilingnya daripada mengambil serat sabut kelapa secara manual yang memakan waktu lebih lama. Ia menuturkan bahwa dalam pengambilan serat secara manual biasanya ditambahkan air, sehingga memperpanjang waktu pengeringan.
“Jika pakai mesin giling, satu kulit kelapa bisa selesai kurang dari dua menit, berbeda jauh dengan memukuli kulit kelapa yang juga membutuhkan tenaga ekstra. Setelah diambil seratnya, sabut kelapa didiamkan dulu beberapa jam agar air di dalamnya hilang,” jelasnya.
Setelah sabut kelapa kering, Sutoyo mulai menyusunnya dengan tali yang terbuat dari kulit kelapa agar dapat dirangkai dalam batang sapu dari bambu. Ia menjelaskan, jika serat sabut kelapa yang diperoleh berukuran panjang, maka dapat dibuat menjadi sapu sepet yang lebih kuat dan halus.

“Sapu sepet pendek yang biasa saya jual harganya Rp5.000 per batang, sedangkan yang panjang dan lebih bagus saya jual Rp10.000,” ungkapnya.
Saat ini, Sutoyo tengah mengerjakan pesanan 500 batang sapu sepet dari salah satu pabrik rokok. Ia mengaku bahwa pengerjaan sapu sepet tergolong cepat karena menggunakan mesin penggiling. Menurutnya, ia hanya membutuhkan sekitar 10 menit untuk menghasilkan satu batang sapu sepet.
“Sedangkan bahan baku sapu, yakni sepet, saya peroleh dari penjual kelapa di sekitar desa ini dengan harga Rp150 per satu kulit kelapa,” ungkapnya.
Sutoyo mengaku dulu pernah memasarkan sapunya dengan menawarkannya ke toko-toko. Namun, sekarang ia sudah memiliki penjual tetap yang juga menghubungkannya dengan pemilik pabrik rokok yang baru saja memesan 500 batang sapu.
“Sekarang pembuatan sapu sepet sudah lebih cepat dan efisien. Selain tidak takut terjadi hujan, pengolahan material menggunakan mesin giling membuat pengeringan serat sabut kelapa semakin cepat,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz