Foto: Sekretariat Presiden |
Seperti tanaman jenis ubi bernama "Porang" yang sedang menjadi perbincangan khalayak umum. Saat ini, Porang dinilai memiliki investasi yang sangat tinggi sehingga menjadi primadona ekspor. Cara tanam Porang pun sangat mudah. Petani biasanya menanam dengan teknik tumpang sari.
Foto: KABARTRENGGALEK |
Di Kabupaten Trenggalek, Porang sudah menjadi seperti buronan. Porang dicari-cari sebagai peluang menghadapi kembang-kempis ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Tapi, yang perlu diketahui, Porang di Trenggalek sudah ditanam sejak lama.
Merujuk data Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Porang di Trenggalek telah ditanam petani sejak tahun 1980. Kemudian, Porang dibudidayakan secara masif oleh masyarakat mulai tahun 2014.
Foto: Sekretariat Presiden |
Budidaya porang di Trenggalek biasanya dilakukan dengan teknik tumpang sari. Jadi, sekitar Porang ada tanaman lain seperti kacang tanah dan jagung. Selain itu, Porang juga ditanam di bawah naungan tanaman tahunan seperti sengon pada ketinggian 500-1200 mdpl. Penting untuk diketahui, pertumbuhan porang sangat didukung oleh tanah gembur dan lempung berpasir serta kaya akan seresah organik. .
Bibit yang digunakan untuk penanaman Porang sebagian berasal dari umbi dan katak. Penyiangan dilakukan setiap kali ada gulma yang muncul sehingga harus sering dilakukan pengontrolan. Pengontrolan ini juga penting dilakukan untuk memantau penyakit pada Porang, seperti busuk batang bawah.
Petani di Trenggalek umumnya melakukan penyemprotan dengan fungisida dan memberi kapur pada batang yang busuk. Pemupukan menggunakan pupuk kandang sapi maupun kambing. Pupuk tersebut digunakan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan pada umur 2 dan 3 bulan. Takaran pemupukannya sebanyak 2 kg per lubang tanam untuk meningkatkan kesuburan tanah, tergantung besarnya umbi. Perlu juga dilakukan pembumbunan untuk menutup akar serabut karena lubang tanam tidak terlalu dalam.
Musim tanam Porang jatuh pada bulan Oktober/November, dan akan mengalami fase dorman mulai bulan April. Sehingga petani biasanya sudah menanam kacang tanah yang akan dipanen sebelum umbi Porang di tanah tumbuh lagi. Setelah itu, berganti dengan tanaman jagung. Begitulah pola yang biasa dilakukan oleh petani Porang di Trenggalek.
Foto: Sekretariat Presiden |
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo mulai memandang bahwa Porang merupakan sang primadona ekspor. Pernyataan itu diungkapkan dalam kunjungannya ke pabrik Porang di Madiun pada Kamis (19/08). Presiden Joko Widodo sangat optimis bahwa Porang akan mejadi jalan alternatif makanan pokok pengganti beras, sekaligus komoditas andalan ekspor.
"Bisa menjadi pengganti beras yang lebih sehat, karena kadar gulanya sangat rendah," ujar Jokowi seperti disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 19 Agustus 2021.
Jokowi mengatakan, industri pengolahan bakal memberikan nilai tambah pada komoditas porang dan petani yang selama ini mulai membudidayakan.
Tanaman Porang per hektar bisa menghasilkan 15-20 ton. Kemudian pada musim tanam pertama bisa menghasilkan sampai Rp. 40 Juta dalam kurun 8 bulan. "Ini sebuah nilai yang sangat besar, pasarnya juga masih terbuka lebar,” jelas Jokowi.
Foto: Sekretariat Presiden |
Dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, adapun tujuan Kementan terus mendorong industri Porang guna menjamin kesejahteraan petani dan menambah nilai ekspor pertanian sebagai sektor andalan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kementan menyatakan Porang menjadi komoditas pilihan Presiden Jokowi untuk menjadi komoditas andalan baru di Indonesia. Khususnya, untuk membuat alur ekspor yang lebih beragam dan lebih optimal keseluruh manca negara yang ada.
Oleh karena itu, Kementan bersama pemerintah daerah dan pelaku usaha terus memperbaiki budidaya Porang yang lebih maju. Mulai dari proses pasca panen, pengumpulan dan bagaimana membawanya masuk ke industri. Sehingga industri Porang memiliki nilai tambah yang banyak. Selanjutnya dilakukan eksportasi ke negara negara tertentu. Menjadi komiditi Porang, Indonesia sebagai negara tropis memiliki kemampuan tersebut.
Tercatat, pada tahun 2020 nilai ekspor Porang sebesar Rp. 923,6 Milliar dengan negara tujuan China, Thailand, Taiwan, Vietnam, Myanmar, Jepang, dan beberapa negara lainya. Adapun olahan Porang yang diekspor dalam bentuk chip dan tepung. Namun, Porang tidak diperkenankan ekspor dalam bentuk nutfah dan umbi bertujuan untuk melindungi plasma nutfah. (kbrt)
Baca Juga: