Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Kanjeng Jimat, Pahlawan Trenggalek Pembela Petani di Zaman Penjajahan Belanda

Kanjeng Jimat adalah pahlawan bagi masyarakat trenggalek karena perjuangannya membela petani di zaman penjajahan Belanda. Kanjeng Jimat yang bergelar Mangunnegoro II adalah Bupati pertama di Trenggalek. Jika merujuk catatan sejarah, Kanjeng Jimat muncul sekitar dua ratus tahun setelah Minak Sopal, Bapak pertanian Trenggalek, yang membabat rawa-rawa menjadi permukiman sehingga bisa ditempati masyarakat Trenggalek.

Berdasarkan catatan pengamat sejarah, Misbahus Surur di nggalek.co, Kanjeng Jimat merupakan salah satu pemimpin Trenggalek yang berani melawan penindasan para penjajah pada jaman Penjajahan Belanda. Dulu, penjajah menjadi penyewa tanah di Trenggalek dan mereka bertindak sewenang-wenang kepada Rakyat Trenggalek.

Saat Kanjeng Jimat menjadi Bupati Trenggalek, para petani di Trenggalek ditindas oleh perusahaan swasta dan pemerintahan kolonial untuk menutupi kerugian pada Perang Jawa (Java Oorlog). Perang Jawa itu kira-kita berakhir pada tahun 1830.

Ketika Kanjeng Jimat memimpin Trenggalek, Dilem Wilis yang berada di Bendungan menjadi salah satu wilayah favorit bagi pengembangan komoditas ekspor kolonial Belanda. Salah satu komoditas ekspor itu adalah Kopi.

Dalam sejarahnya, Dilem Wilis diambil dari nama Van Dilem, seorang pengusaha swasta kolonial yang pernah menyewa lahan untuk perkebunan kopi. Waktu itu, kolonial Belanda memperkenalkan berbagai tanaman perkebunan komersial seperti tebu, tembakau dan kopi.

Tapi, kolonial Belanda tidak hanya memperkenalkan perkebunan. Kolonial Belanda perlahan-lahan mengubah sistem pertanian tradisional menjadi sistem kapitalisme yang mengeksploitasi tanah-tanah dan petani di Trenggalek secara membabi-buta,

Pola pertanian yang penuh eksploitasi dan penindasan terhadap petani itulah yang dikenal sebagai sistem Tanam Paksa. Kolonial Belanda memaksa petani Trenggalek untuk bekerja dengan politik etis. Seakan-akan Kolonial Belanda telah membantu Petani Trenggalek dengan mengenalkan tanaman perkebunan, padah ujung-ujungnya adalah eksploitasi dan penindasan. Sehingga, Petani yang ingin melawan dianggap tidak punya etika kepada Kolonial Belanda.

Melihat eksploitasi dan penindasan kepada Petani Trenggalek ini, Kanjeng Jimat dengan berani melawan penerapan kebijakan-kebijakan kolonial di Trenggalek. Perlawanan Kanjeng Jimat untuk membela petani dilandasi oleh kesadarab bahwa ternyata, kebijakan Kolonial Belanda malah menyengsarakan rakyat.

Meskipun banyak pejabat pribumi di Trenggalek yang takut menghadapi mereka, Kanjeng Jimat menunjukkan keberaniannya untuk melawan penjajah. Bagi Kanjeng Jimat, Rakyat Trenggalek tidak perlu tunduk pada orang kolonial Belanda di tanah kelahirannya sendiri.

Perjuangan Kanjeng Jimat terus dikenang oleh masyarakat trenggalek hingga saat ini. Makam Kanjeng Jimat berada di Kompleks Makam Margo Ayu, Desa Ngulankulon, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek.

Tidak hanya dikenang, perjuangan Kanjeng Jimat untuk membela Petani Trenggalek harus diteladani hingga hari ini. Salah satunya yang terjadi di Trenggalek saat ini adalah adanya ancaman kerusakan alam oleh rencana pertambangan emas yang mencaplok Sembilan kecamatan di Trenggalek. Maka dari itu, jika masyarakat Trenggalek menghargai jasa para Pejuang, seharusnya kita juga melawan segala bentuk penindasan kepada petani dan eksploitasi alam di Trenggalek.