Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Pacu Harga Porang di Trenggalek Naik, Pemerintah Serbu Petani untuk Sertifikasi

Kabar Trenggalek - Harga porang sempat menjadi lirikan petani di wilayah Kabupaten Trenggalek. Harga porang di Trenggalek yang menggiurkan menjadikan petani berbondong-bondong menanam porang dengan niatan merubah nasib ekonominya, Selasa (20/09/2022).

Namun nasib mulus niatan untuk menebalkan dompet harus terasa pahit. Pasalnya harga porang saat ini anjlok di angka Rp. 2.500, hal demikian untuk menutup modal awal tanam belum bisa petani raih. 

Didik Susanto, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Trenggalek, menjelaskan sebab harga porang yang merosot. Pertama menurutnya akibat pabrik tutup dan kedua permintaan pembeli harus menyertakan sertifikasi lahan.

"Seperti permintaan pabrik luar negeri China, di pabrik itu asal muasal bahan baku harus jelas, makanya perlu sertifikasi," terang Didik saat ditemui di lingkungan Pendapa Manggala Praja Nugraha.

Baca: Tak Mampu Bersaing dengan Harga Pasar, Harga Porang di Trenggalek Tepar

Papar Didik, Dispertapan Trenggalek sudah melakukan sertifikasi lahan kebun yang ditanami porang sejak 6 bulan yang lalu, dan kini kurang lebih enam ribu petani porang yang sudah melakukan sertifikasi. 

"Untuk meningkatkan harga porang dengan sertifikasi lahan dan target kami 100 persen petani porang di Trenggalek," tegasnya. 

Menurut Didik kota alen alen mendapatkan kuota terbanyak untuk melakukan sertifikasi lahan porang, utamanya dari 14 kecamatan dominasi di Kecamatan Pule.

"Saya mengenal porang sejak tahun 90-an dan tanaman ini sebagai bahan baku industri, namun untungnya tanaman porang ini bisa dipanen dalam jangka panjang," ucap Didik.

Baca: Harga Porang di Trenggalek Anjlok, Petani Karbitan Lesu

Untuk melakukan sertifikasi lahan pertanian porang petani di Trenggalek tak dibebankan biaya sepeserpun alias gratis, namun petani punya tanggung jawab untuk menyediakan persyaratan. 

"Untuk syaratnya nanti akan diarahkan petugas, untuk saat ini kami fokuskan di Pule dan Dongko," ujarnya. 

Sertifikasi itu guna mengetahui bahan baku yang digunakan petani, mulai dari masa pemeliharaan dan penggunaan pupuk organik atau kimia. 

"Yang sudah tersertifikasi melacaknya lebih gampang dan ini juga sebagai pemicu kualitas porang yang akan masuk pabrik," tandasnya. 

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *