KBRT — Pohon pucung, penghasil biji kluwek yang menjadi bumbu khas masakan Indonesia seperti rawon, banyak dijumpai di kebun petani Trenggalek. Namun, fluktuasi harga yang tidak menentu membuat petani berpikir ulang untuk memanennya karena proses panen yang cukup menguras tenaga.
“Kami kalau panen pucung itu ya dipanjat, rata-rata tinggi pohon pucung ya sekitar 15 meteran,” ujar Budiman, pemilik kebun pucung di Watulimo.
Budiman menerangkan bahwa memanen pucung memerlukan tenaga ekstra, tidak hanya memetik buah dari pohon, tetapi juga mengumpulkan, mencuci, dan memikul hasil panen ke pengepul.
“Selain memetik, kita juga mengumpulkan kemudian mencuci dan memikulnya Mas, jadi diperlukan tenaga ekstra. Kalau harga turun itu jelas tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan, apalagi kalau jarak kebun dari jalan itu jauh,” jelasnya.
Dalam sekali angkut, satu karung pucung memiliki berat sekitar 50 kg yang dipikul di pundaknya. Budiman harus bolak-balik minimal 2-3 kali untuk memindahkan pucung dari dalam hutan. Harga pucung yang tidak stabil membuat ia harus mempertimbangkan matang-matang sebelum panen.
Menurutnya, harga terendah pucung pernah menyentuh Rp2.000 per kilogram. Namun, harga tertinggi yang pernah ia temui pada tahun lalu mencapai Rp21.000 per kilogram. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh ketersediaan barang di pasaran.
“Harga pucung itu selalu naik turun. Kalau di harga Rp5.000 ke atas itu sudah termasuk bagus karena biasanya ya Rp2.000. Tapi tahun kemarin itu pernah sampai Rp21.000, itu menurut saya paling tinggi selama saya jualan pucung,” terangnya.
Budiman memiliki sekitar 10 pohon pucung, namun hanya beberapa yang masih berbuah. Dalam sekali panen, ia biasanya mendapatkan dua hingga tiga kuintal pucung. Saat ini, harga pucung berada di kisaran Rp8.000 per kilogram.
“Saya paling banyak itu panen sekitar 3 kuintal. Jadi setelah dipetik, proses pucung itu masih panjang sebelum kami jual ke pengepul untuk dijadikan kluwek,” tandasnya.
Pucung tidak bisa langsung dijual setelah dipetik. Buah harus dikumpulkan dan didiamkan selama dua minggu agar matang untuk diambil bijinya. Setelah itu, biji pucung dicuci bersih sebelum dijual ke pengepul untuk diolah lebih lanjut.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz