Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Petani Kapulaga Trenggalek di Tengah Ancaman Tambang Emas

Kubah Migunani

Rabu siang, 13 September 2023, langit Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, gelap tertutup mendung. Memasuki pertengahan bulan September cuaca mulai tak menentu. September yang seharusnya masih dalam rentang musim kemarau, tak menampik kemungkinan jika tiba-tiba hujan datang. Cuaca yang tak menentu itu sesekali memberi untung, kadang juga memberi rugi bagi petani di Desa Dukuh.

Mamik Yulianto (36), warga Desa Dukuh, sehari-sehari bekerja sebagai petani. Rumahnya cukup menjorok dari jalan utama. Hamparan perkebunan dengan berbagai macam tanaman tumbuh subur di sekitar rumahnya.

Sudah sejak remaja lelaki yang akrab dipanggil Marvin itu belajar menanam berbagai macam tanaman perkebunan. Marvin mulai serius menekuni pertanian di tahun 2003 setelah lulus SMP. Saat itu, ia hanya ikut menggarap lahan milik bapaknya. Hingga di tahun 2012 Marvin bisa memiliki dan mengolah lahan sendiri.

Sama seperti mayoritas warga Desa Dukuh, sampai saat ini Marvin dan keluarganya memenuhi kebutuhan hidup dari tanah perkebunan. Berbagai macam tanaman buah-buahan mulai dari manggis, alpukat, salak, pisang, dan lain-lain ada di kebun miliknya.

Tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan cara polikultur atau tumpang sari. Artinya, dalam satu lahan yang ia miliki tidak hanya ditanami satu jenis tanaman saja, melainkan berbagai macam jenis tanaman. Di antara tanaman buah-buahan itu Marvin menanam tanaman herbal seperti kapulaga jawa (Java Cardamom).

"Kalau di keluargaku sudah lama. Sejak kapulaga belum booming, sebelum mencapai harga tingginya," kata Marvin.

Tanaman buah-buahan yang rimbun sangat membantu kapulaga untuk berbuah dengan baik karena tak membutuhkan banyak sinar matahari. Ia sudah menanam kapulaga seperti ini sejak membantu menggarap kebun ayahnya. Sampai sekarang ayahnya juga masih menanam kapulaga.

Desa Dukuh berada di ketinggian sekitar 300 Mdpl yang cocok untuk menanam tanaman keluarga tersebut. Jenis tanah di Desa Dukuh juga mendukung tanaman-tanaman seperti kapulaga.

"Lumayan cocok lah khususnya Kecamatan Watulimo. Sampai daerah Munjungan juga aku rasa sudah banyak yang panen," ujarnya.

Meski begitu, tanaman kapulaga agak sensitif dengan perubahan cuaca yang tak menentu. Menurut Marvin, air hujan yang berlebihan akan membuat kapulaga tak berbuah dengan baik dan maksimal.

Cuaca tak menentu membuat kapulaga yang sudah berbuah menjadi rontok. Sedangkan jika sedang dalam cuaca panas, kapulaga membutuhkan penyiraman air yang cukup.

Perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap proses pengeringan kapulaga. Karena proses pengeringan kapulaga harus dijemur di bawah sinar matahari. Proses penjemuran setidaknya membutuhkan waktu 5-7 hari.

"Rata-rata keluar dari daerah sini kapulaga sudah dalam bentuk kering. Tapi rata-rata yang mengeringkan itu pengepul bukan petaninya sendiri," kata Marvin.

Kabupaten Trenggalek terkenal dengan potensi pertanian dan perkebunannya. Berdasarkan data BPS Jawa Timur, di tahun 2022, Kabupaten Trenggalek menghasilkan 329.703 Kg kapulaga. Tanaman biofarmaka itu telah menembus pasar ekspor mancanegara. Bahkan menurut catatan katadata.co.id, kapulaga juga menjadi salah satu dari 10 rempah-rempah andalan Kementerian Perdagangan untuk mengejar target ekspor di 2024.

Sayangnya, saat ini penjualan kapulaga dari tangan para petani di Watulimo mengalami penurunan harga jual. Harga penjualan kapulaga tahun ini sangat menurun drastis jika dibandingkan tahun lalu.

Dulu Marvin menjual kapulaga ke pengepul dengan harga basah bisa mencapai 50 ribu Rupiah lebih per kilo nya. Tahun ini harga basah kapulaga turun drastis di sekitar 10-11 ribu Rupiah per kilo. Sedangkan harga kering berada di kisaran harga 60 ribu Rupiah per kilo.

Harga yang terus anjlok membuat petani tak fokus dengan satu jenis tanaman saja. Meski begitu, ketika harga kapulaga bisa mencapai harga jual yang tinggi, tidak hanya menambah penghasilan tetapi juga mencukupi gaya hidup para petani.

"Sejenis kapulaga kalau pas harga tinggi, panen banyak, dan bolak balik, ya, gak hanya buat kebutuhan hidup bahkan bisa mencukupi gaya hidup," terangnya

Perubahan cuaca dan penurunan harga jual kapulaga mungkin tak terlalu berpengaruh bagi Marvin. Terlebih memang kapulaga bukan satu-satunya varietas yang ia tanam. Beberapa buah-buahan seperti manggis dan salak juga menjadi tanaman unggulan.

Satu hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup para petani di Desa Dukuh adalah eksplorasi tambang emas oleh PT Sumber Mineral Nusantara (SMN). Tentu tidak hanya kapulaga, tetapi semua hasil pertanian akan terancam dampak dari penambangan emas PT SMN.

Demo 500 massa Desa Dukuh, Watulimo, Trenggalek, tolak tambang emas PT SMN/Foto: Najib (Kabar Trenggalek)

Kecamatan Watulimo adalah satu dari 9 kecamatan di Kabupaten Trenggalek yang masuk wilayah konsesi tambang emas PT SMN. Menurutnya, masyarakat Kecamatan Watulimo khususnya Desa Dukuh, banyak hidup dari hasil pertanian dan perkebunan polikultur.

Marvin dan kebanyakan petani di desanya sangat menolak adanya tambang emas. Tambang yang digadang-gadang menjadi tambang emas terbesar di pulau Jawa itu mencaplok 12 ribu hektare lebih wilayah Kabupaten Trenggalek.

Sebelumnya, 25 Agustus 2023, PT SMN dikabarkan akan melakukan pertemuan dengan para tokoh masyarakat Desa Dukuh. Kabar itu segera direspons oleh masyarakat Desa Dukuh yang menolak keberadaan tambang emas. Alhasil, PT SMN tidak jadi datang hari itu ke Desa Dukuh.

Menurut Marvin, masyarakat di Desa Dukuh sudah bisa hidup dari hasil pertanian. Tetapi hal itu akan berakhir jika lahan di Desa Dukuh ditambang. Saat ini saja perubahan cuaca sudah cukup menjadi tantangan bagi para petani. Apalagi jika nantinya harus menanggung kerusakan dari adanya tambang emas.

"Menolak. Karena ya itu orang Dukuh bisa hidup tanpa tambang, tapi mayoritas orang Dukuh sulit hidup kalau ga bisa bertani. Terutama kapulaga, durian, manggis, cengkeh, jengkol, yang jelas kalau kena tambang semua itu akan selesai," tandasnya.

Jika tanah di desanya terdampak tambang, itu akan sangat berpengaruh terhadap kondisi alam sekitarnya. Tambang emas juga akan berpengaruh terhadap kondisi air. Air bukan hanya akan berdampak pada pengairan pertanian, tapi juga akan merugikan kebutuhan air semua makhluk hidup.

"Apalagi perihal air. Aslinya yang utama perihal air. Ketika membicarakan tanaman itu, ya, menjadi makanan dan kebutuhan. Tapi kalau ngomongin air ya itu bahan pokok bagi kehidupan semua makhluk," tegasnya.

Sampai sekarang, Marvin bersama mayoritas petani di Desa Dukuh tetap konsisten untuk menolak tambang emas yang mengancam Trenggalek. Karena dari hasil pertanian dan perkebunan itulah masyarakat Dukuh memenuhi kebutuhan hidup.

Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *