Pemerintah bekerjasama dengan start up digital Fish On. Kerja sama ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir. Program Satu Juta Nelayan Berdaulat memberikan solusi bagi nelayan dalam menangkap ikan, menjaga kualitas tangkapan, bahkan memberikan akses permodalan kepada para nelayan.
Pemanfaatan lelang ikan online (e-lelang) untuk para nelayan belum mencapai hasil yang maksimal. Membutuhkan proses lama karena nelayan terbiasa melakukan transaksi secara langsung (offline).
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Cusi Kurniawati, mengatakan masih 15 orang yang sudah membuka rekening e-lelang ikan online.
Melihat progres tersebut, target yang semula 50 orang nelayan, menjadi berkurang. Hal itu karena kultur nelayan yang belum terbiasa dengan lelang online.
"Penyebabnya tak semudah membalikkan tangan. Karena menyangkut sistem dan kultur yang melibatkan ekosistem yang banyak," ungkapnya.
Cusi mengakui, dari 15 nelayan yang sudah memiliki rekening, hanya satu nelayan dan pedagang yang melakukan transaksi. Menurut dia, selain budaya, latar kendalanya ada di modal. Padahal, dalam aplikasi tersebut harga ikan tertera secara detail. Yang dapat memudahkan dalam menyesuaikan modalnya.
"Biasanya ketika bertemu bisa membeli langsung. Emang belum terbiasa, merasa ribet, dan perlu pembiasaan," ucap Cusi.
Melihat kondisi tersebut, kata Cusi, pemanfaatan e-lelang ikan online bisa terjawab seiring berjalannya waktu. Ketika penjual dan pembeli semakin terbiasa menggunakan aplikasi, tentunya nelayan dan pembeli akan kian banyak yang bergabung dalam e-lelang.
"Kami tetap berusaha untuk lelang online. Yang jelas itu sangat kami harapkan," ujar Cusi.
Sebelumnya, rencana awal pembuatan aplikasi e-lelang ikan online oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek digadang-gadang dapat membantu nelayan dalam berjualan ikan. Selain memudahkan saat bertransaksi, aplikasi tersebut juga berfungsi untuk memaksimalkan sistem lelang ikan yang adil.