KBRT – Memasuki musim penghujan, populasi lalat dan nyamuk—terutama di sekitar kandang ternak—kian meningkat. Kondisi ini dinilai dapat memicu risiko penularan penyakit Lumphy Skin Disease (LSD).
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan Trenggalek, Ririn Hari Setiani, mengatakan bahwa perkembangan kedua jenis serangga tersebut perlu diwaspadai para peternak.
"Para peternak perlu serius menanggapi kondisi ini, karena baik lalat, nyamuk menjadi vektor penularan penyakit Lumphy Skin Disease (LSD)," katanya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun belum ada laporan kasus hewan ternak yang terjangkit LSD maupun PMK, kewaspadaan harus tetap ditingkatkan. Peternak diminta menjaga kebersihan kandang serta memperhatikan imunitas ternak melalui pemberian pakan yang baik dan vitamin.
Lebih lanjut, Ririn menyebut perkembangan lalat dan nyamuk yang meningkat pesat pada musim hujan dapat ditekan melalui desinfektan mandiri.
"Karena anggaran kita sangat sedikit hanya bisa untuk pembelian beberapa obat-obatan dan desinfektan untuk PMK. Sedangkan untuk penanganan vektor lalat masih ada sedikit persediaan di dinas bantuan dari Provinsi. Peternak bisa membeli desinfektan untuk membasmi lalat di poultry (perlengkapan peternakan) atau toko obat hewan," katanya.
Ririn menambahkan bahwa vaksinasi, pemberian vitamin, serta mineral dapat membantu memutus rantai penularan penyakit ternak menular. Ia juga mengingatkan agar transaksi jual beli ternak tetap diawasi karena berpotensi membawa penyakit melalui lalu lintas hewan yang ramai.
Dinas Peternakan memperkirakan peningkatan populasi lalat dan nyamuk akan berlangsung hingga musim hujan berakhir.
Meski begitu, ia menyebut ketersediaan salah satu vaksin penunjang pencegahan penyakit masih kosong.
"Vaksin PMK dari Provinsi dan Kementan masih ada stok di dinas, tetapi untuk vaksin LSD tidak ada. Baik bantuan dari Provinsi ataupun Kementan," ucapnya.
Kabar Trenggalek - Kesehatan
Editor:Zamz













