KBRT – Kenaikan harga kelapa tidak menyurutkan komitmen Warung Makan Bu Yati di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, untuk tetap menjaga cita rasa masakannya. Warung sederhana yang dikenal dengan olahan ikan kuah kuning ini tetap mempertahankan takaran santan tanpa pengurangan sedikit pun.
Suharlan (70), suami dari Bu Yati yang namanya diabadikan sebagai nama warung, mengatakan bahwa ia tetap menggunakan santan dari kelapa asli meski harganya melonjak.
“Dalam sehari saya bisa menghabiskan 8 sampai 10 butir kelapa, sekarang harganya Rp15.000 per butir. Meski mahal, saya tidak beralih ke santan instan atau mengurangi takaran, karena saya ingin menjaga kepuasan pelanggan,” ungkap pria yang akrab disapa Harlan, Selasa (15/4/2025).
Harlan mendapatkan kelapa dari Pasar Bendo, Trenggalek. Selama bulan Ramadan, warungnya tutup dan kembali buka setelah hari kedua Lebaran. Ia mengaku cukup terkejut dengan kenaikan harga kelapa yang terus terjadi, namun tetap memilih mempertahankan kualitas masakannya daripada mengejar keuntungan.
“Saya tidak pikir panjang, Mas. Yang penting modal beli ikan bisa kembali agar tetap bisa jualan. Sekali belanja saya biasa bawa 80 kilogram ikan, kadang bisa lebih kalau sedang ramai,” tuturnya.
Setiap hari, Harlan dan istrinya menjual sekitar 40 kilogram ikan laut. Sebanyak 20 kilogram diolah menjadi masakan, sedangkan sisanya dijual sebagai ikan asap.
“Ikan yang saya ambil biasanya ikan tuna, semar, layur, dan sarden. Kadang juga cumi kalau harganya bagus. Tapi saya tidak pernah pakai ikan tongkol karena beberapa orang bisa gatal atau pusing setelah memakannya,” jelasnya.
Warung Bu Yati memasang harga terjangkau, yakni Rp10.000 per porsi untuk satu potong ikan laut, dan Rp12.000 jika menggunakan lauk ikan semar. Sistem prasmanan diterapkan, pembeli bebas mengambil nasi sepuasnya.
“Memang untung dari jualan prasmanan tidak banyak karena harga kelapa yang naik. Tapi alhamdulillah, penjualan ikan asap masih bisa menutupi,” ujarnya.
Harlan percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan. Ia bahkan sering membagikan dagangannya secara cuma-cuma jika hingga pukul 18.00 WIB masih ada sisa makanan.
“Meski untung makin sedikit, saya percaya kemurahan hati Tuhan akan membalas kebaikan sekecil apa pun yang kita lakukan,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz