Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRT

Gebyar Ekraf Dibatalkan, PKL Trenggalek Merasa Kehilangan Peluang Usaha

  • 22 Jul 2025 20:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Pembatalan Gebyar Ekonomi Kreatif (Ekraf) Trenggalek 2025 menuai kekecewaan dari sejumlah pedagang kecil yang telah bersiap menyambut momen tersebut sebagai ladang penghasilan musiman.

    Tutiani, salah satu Pedagang Kaki Lima (PKL), mengaku sangat menyayangkan keputusan Pemerintah Kabupaten Trenggalek yang membatalkan acara yang sedianya digelar pada 15–31 Agustus di Alun-alun Trenggalek.

    “Kalau saya itu eman-eman, event ini panennya para PKL. Kalau digagalkan kami merasa sedih,” ujar Tutiani kepada Kabar Trenggalek, Selasa (22/7/2025).

    Menurutnya, event tersebut tak hanya menjadi peluang usaha bagi PKL yang biasa berjualan di alun-alun, tapi juga untuk pedagang dari luar kota dan luar kecamatan.

    “Event ini tidak hanya untuk PKL alun-alun saja, tapi untuk PKL luar juga. Orang luar kecamatan juga ada,” katanya.

    Tutiani menuturkan bahwa ia sudah melakukan sejumlah persiapan, termasuk pembelian barang dagangan untuk mengikuti pasar malam di Alun-alun, Dawuhan, dan Rejowinangun.

    “Saya sudah beli lukisan 1.500 biji untuk pasar malam. Sudah ada persiapan. Kalau bisa, pemerintah jangan digagalkan. Tolong kasihani PKL kecil,” ujarnya lirih.

    Sebagai bentuk solusi, ia berharap pemerintah tak sepenuhnya membatalkan acara, melainkan menyesuaikan durasi dan biaya sewa yang dibebankan kepada pedagang.

    “Tolong dikurangi. Kalau dulu 17 hari, dikurangi saja jadi 10 hari. Jadi Rp350 ribu sewanya. Karena rupa bawa harga. Standar hari ini panjang, kelihatan mahal,” jelasnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Meski tak sempat mengikuti rapat dengar pendapat dengan DPRD, Tutiani tetap berharap aspirasinya bisa didengar oleh pemerintah daerah.

    “Saya tidak ikut hearing karena kesibukan. Ya kalau dibicarakan untung ya tetap untung, tapi ya syukur. Yang penting bisa jualan,” imbuhnya.

    Ia juga menekankan bahwa event seperti Gebyar Ekraf mampu menciptakan suasana ekonomi yang hidup dan mempertemukan pembeli serta pedagang dalam satu momentum.

    “Jauh bedanya kalau ada event, antara pembeli dan pedagang menyatu. Kalau saya ndak ikut siapa-siapa, yang penting saya bisa jualan,” ujarnya.

    Tutiani menambahkan bahwa hasil berjualan di event seperti ini sangat berarti untuk kebutuhan rumah tangga, termasuk biaya pendidikan anak-anaknya.

    “Karena tadi keputusan gagal, hati saya ndak terima. Karena hasil jualan mau dibuat untuk membayar anak sekolah,” katanya, menahan kecewa.

    Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Trenggalek, Edy Soepriyanto, menyampaikan bahwa mediasi antara PKL dan Event Organizer tidak membuahkan kesepakatan. Pemkab akhirnya memilih membatalkan rangkaian acara hiburan rakyat agar tak menimbulkan polemik di tengah masyarakat.

    “Kelihatannya tidak ada titik temu dari keduanya, sehingga pilihannya hanya dua: lanjut dengan risiko atau tidak lanjut juga dengan risiko,” ujar Edy usai RDP.

    Meski begitu, Pemkab tetap akan menggelar upacara peringatan HUT ke-80 RI dan Hari Jadi ke-831 Trenggalek seperti biasa. Pemerintah juga membuka opsi untuk mengevaluasi ulang konsep Gebyar Ekraf dengan pendekatan yang lebih sederhana di masa mendatang.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Lek Zuhri

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita