Kabar Trenggalek – Goa Lowo di Trenggalek menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal dengan predikat sebagai goa terpanjang di Asia Tenggara, memiliki panjang hingga 2 kilometer menurut penelitian ahli gua asal Prancis, Gilbert Mantovani, dan Kingston Kho. Meski begitu, pengunjung hanya bisa menjelajahi sekitar 850 meter dari total panjangnya; sisanya hanya bisa diakses dengan menyelami sungai bawah tanah sedalam 10 meter.
Goa Lowo terletak di Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, dan resmi menjadi destinasi wisata pada tahun 1984. Goa ini pertama kali ditemukan oleh warga setempat bernama Mbah Lomedjo pada tahun 1931, ketika kondisi goa masih tertutup semak belukar di tengah hutan yang rimbun. Nama "Goa Lowo" diberikan karena dulunya goa ini menjadi tempat tinggal kelelawar yang dalam bahasa Jawa disebut "lowo."
Selain keindahan alamnya, Goa Lowo juga menyimpan berbagai kisah dan dugaan mistis. Beberapa cerita menyebutkan bahwa goa ini diduga menjadi situs peribadatan kuno, mengingat terdapat batu purba di lokasi yang dianggap sakral dan dihormati.
Ada pula dugaan bahwa Goa Lowo merupakan kerajaan kelelawar, berdasarkan keberadaan patung raja bersayap yang tampak seperti sedang bertapa di halaman taman goa, dekat pintu masuk. Selain itu, di lingkungan Goa Lowo ditemukan batu purba bertuliskan aksara kuno yang menyebutkan tiga nama raja purba: Sulahimana, Lang Kawi, dan Nagamaya. Setiap nama diakhiri dengan kata "sura" yang berarti berani, seakan menunjukkan bahwa Trenggalek pernah menjadi pusat peradaban kota purba.
Goa Lowo, yang berjarak 30 kilometer dari pusat Trenggalek, juga menyimpan nuansa mistis yang kuat. Aroma khas kelelawar yang masih tercium di beberapa sudut goa menambah kesan magis dan mistis bagi sebagian pengunjung. Aura mistis ini semakin kuat karena dulunya lokasi ini merupakan bagian dari hutan angker yang dibuka oleh Tumenggung Yudho Negoro. Di mulut Goa Lowo bahkan terdapat batu berbentuk kura-kura dengan diameter 9 meter dan lebar 4,5 meter.
Selain itu, ada kisah mengenai ritual semedi di Goa Lowo. Goa ini dipercaya menjadi tempat semedi Eyang Pamong Amat Adiwiryo, yang berperan sebagai salah satu penjuru dalam ritual pembukaan kawasan Teluk Prigi sebagai permukiman. Konon, para leluhur melakukan semedi di empat penjuru mata angin, yakni:
- Selatan oleh Wirjo Udara,
- Utara oleh Eyang Pamong Amat Adiwirjo,
- Timur oleh Raden Sutrisno, dan
- Barat oleh Raden Putro Widjojo.
Raden Tumenggung Yudho Negoro menjadi pemimpin ritual tersebut di pusat penjuru. Cerita yang diwariskan secara turun-temurun ini menambah pesona mistis Goa Lowo bagi para pengunjung yang mendengarnya.
Editor:Bayu Setiawan