Ikon wisata asal Trenggalek salah satunya adalah Goa Lowo. Dalam catatan Pemerintah Kabupaten Trenggalek, goa ini sudah menjadi obyek wisata sejak 1984. Bahkan, Goa Lowo telah dinobatkan sebagai goa terpanjang se-Asia Tenggara. Total panjangnya sekitar 2.000 meter dan 850 meter yang bisa dijangkau pengunjung.
Dari tampilan Goa Lowo memang nampak megah dan indah, dengan hiasan stalaktit stalakmitnya. Namun siapa sangka, ada sebuah cerita legenda yang bersemayam di Goa Lowo Trenggalek.
Legenda ini menarik untuk diketahui, karena ada sebuah pesan tersirat yang hendak disampaikan. Legenda Goa Lowo Trenggalek adalah kisah seorang Tumenggung Yudha Negara yang berasal dari Kerajaan Kasunanan Surakarta. Kisah ini didapatkan dari keterangan Kasidi, Juru Kunci Goa Lowo Trenggalek.
Kisah ini bermula dari sebuah zaman di masa lalu. Kawasan yang sekarang bernama Prigi dulunya adalah hutan belantara dan pegunungan gelap, yang tidak bisa dihuni oleh manusia. Bahkan terkenal angker. Tempat seperti ini membuat siapapun tidak betah untuk bermukim. Hingga suatu ketika, sebuah Kerajaan Kasunanan Surakarta ingin melebarkan daerah kekuasaannya dengan membabat alas di kawasan Prigi.
Oleh karenanya, pihak kerajaan mengirim seorang utusan bernama Tumenggung Yudha Negara beserta pasukannya. Ketika sampai di Prigi, Tumenggung Yudha Negara mendapati kawasan itu mempunyai banyak sumber mata air. Sehingga, kawasan tempat bertugasnya ini diberi nama “Prigi”, yang dalam bahasa Sansekerta mempunyai arti “mata air”.
Sebagai senjata dan pembekalan agar mendapatkan keselamatan, Tumenggung Yudha Negara diberi sebuah tongkat yang sakti dan mandraguna. Sehingga dirinya dan pasukannya bisa selamat. Meski begitu, Tumenggung Yudha Negara dan pasukannya masih kewalahan kala membabat hutan di Prigi. Sebab gangguan dari hal-hal mistis terus berdatangan.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bersemedi. Selama proses semedi itu ia ditunggu oleh pasukannya yang setia. Alhasil ia mendapatkan wangsit untuk bersemedi lagi di sebuah goa besar (sekarang Goa Lowo) yang ada di arah utara. Kemudian Tumenggung Yudha Negara dan pasukannya berjalan menyusuri hutan sesai petunjuk tadi ke arah utara. Setelah membabat hutan yang lebat, akhirnya ia menemukan sebuah goa.
Di dalam goa itu Tumenggung Yudha Negara melakukan semedi dengan ditunggu bala pasukannya. Hingga akhirnya ia mendapatkan wangsit, jika ingin berhasil melebarkan daerah kekuasaan kerajaan, maka Tumenggung Yudha Negara harus menikah dengan Dewi Gambar Inten. Konon, dewi ini masih mempunyai kekerabatan dengan Nyi Roro Kidul penguasa Pesisir Selatan Pulau Jawa. Selain itu, selama prosesi pernikahan masih ada syarat lain yang harus dipenuhi. Di siang hari Tumenggung Yudha Negara harus menggelar tradisi tayub dan di malam harinya menggelar wayang semalam suntuk.
Sekarang, pernikahan Tumenggung Yudha Negara dengan Putri Gambar Inten ini dikenang dalam bentuk tradisi Larung Sembonyo. Tradisi ini rutin dilaksanakan masyarakat pesisir Pantai Prigi sekaligus wujud syukur atas keberkahan hasil tangkapan ikan. Setelah proses pernikahan dilaksanakan, akhirnya Tumenggung Yudha Negara sukses menjalankan tugas membabat alas Prigi. Lantas ia akhirnya meninggalkan Prigi, kembali ke kerajaan. Demikian legenda Goa Lowo Trenggalek yang bisa penulis bagikan. Ada pesan tersirat yang bisa kita petik, yakni segala bentuk tujuan dan upaya pasti memerlukan sebuah kesabaran. Ditunjukan dari Tumenggung Yudha Negara yang mau diberi tugas di tempat terpencil dan angker. Bahkan, dirinya harus dua kali ganti tempat semedi.