Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Mengenal Digital Native: Generasi yang Tumbuh Bersama Teknologi

  • 07 Mar 2025 11:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Istilah digital native telah lama diidentikkan dengan generasi milenial yang akrab dengan teknologi digital. Digital native atau "pribumi digital" awalnya merujuk pada generasi yang lahir, tumbuh, dan menggunakan teknologi seperti internet, komputer, laptop, serta smartphone dalam kehidupan sehari-hari.

    Generasi ini terbiasa berinteraksi dengan teknologi sejak usia dini dan sangat akrab dengan terminologi di dunia digital. Menurut buku *Media Sosial dan Budaya Baca Kita* karya Muhammad Syarif Bando, digital native adalah istilah yang menggambarkan kepiawaian seseorang dalam berinteraksi dengan teknologi digital.

    Asal-usul Istilah Digital Native

    Istilah digital native pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky, seorang pakar pendidikan sekaligus praktisi teknologi. Dalam artikelnya *Digital Natives, Digital Immigrants* yang ditulis pada 2001, Prensky mengkritik sistem pendidikan di Amerika Serikat yang dinilai gagal memahami siswa modern.

    Saat itu, banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar siswanya, sementara anak-anak muda di Amerika sudah terbiasa berkomunikasi dengan "bahasa digital". Para guru masih menggunakan metode lama yang kurang relevan dengan perkembangan teknologi. Dari fenomena ini, Prensky menyimpulkan bahwa orang yang terpapar teknologi sejak kecil memiliki cara berpikir, belajar, dan memahami dunia yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

    Menurut Prensky, digital native adalah mereka yang lahir di era digital dan terpapar teknologi sejak kecil. Namun, tidak semua anak yang lahir di era digital otomatis menjadi digital native. Anak-anak yang tumbuh di daerah dengan akses teknologi terbatas tidak dapat dikategorikan sebagai digital native.

    Digital Native vs. Digital Immigrant

    Di sisi lain, ada istilah digital immigrant, yang merujuk pada orang-orang yang tidak terpapar teknologi sejak kecil tetapi mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Digital immigrant umumnya berasal dari Generasi X yang mau belajar dan tidak alergi terhadap teknologi, meskipun mereka tertinggal beberapa langkah dibanding generasi digital native.

    Generasi digital native terdiri dari milenial (lahir pada 1981-1995) dan generasi Z (lahir pada 1996-2010). Mereka sejak kecil sudah mengenal dan memanfaatkan teknologi internet, gawai, serta media sosial dalam berbagai aktivitas.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Data Penggunaan Internet oleh Digital Native

    Menurut riset Hootsuite dan We Are Social tahun 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta orang, dengan sekitar 170 juta di antaranya aktif di media sosial. Berdasarkan klasifikasi usia dari Statista, kelompok usia 18-24 tahun menempati peringkat tertinggi dalam penggunaan media sosial, diikuti oleh usia 25-34 tahun, 35-54 tahun, dan 55 tahun ke atas. Data ini menunjukkan bahwa pengguna internet dan media sosial di Indonesia didominasi oleh digital native (usia 18-40 tahun).

    Sejalan dengan riset tersebut, lembaga penyedia data Newzoo mencatat bahwa Indonesia menempati posisi keempat dunia dalam jumlah pengguna smartphone, yang mayoritas berasal dari generasi digital native. Hal ini menunjukkan dua sisi dari keberadaan generasi digital native:

    1. Sebagai aset berharga bangsa dengan kemampuan teknologi yang tinggi.
    2. Sebagai tantangan, karena kecerdasan digital mereka tidak selalu sebanding dengan pemanfaatan teknologi secara bijak.

    Digital Native dan Ketergantungan pada Teknologi

    Sebagai pengguna utama smartphone, digital native sangat bergantung pada akses internet. Berdasarkan survei UX Magazine, 80 persen pemilik smartphone mengaku tidak bisa hidup tanpa koneksi internet bahkan untuk satu hari. Sementara itu, survei Alvara Research Center menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19, generasi Z dan milenial menjadi pengguna internet paling dominan, memperkuat posisi mereka sebagai digital native.

    Karena terbiasa dengan teknologi, digital native memiliki karakter yang cenderung menyukai kepraktisan. Akses internet yang cepat dan kemudahan komunikasi tanpa batas ruang serta waktu membuat mereka lebih memilih teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dalam membaca dan belajar, mereka lebih mengutamakan akses informasi digital dibandingkan mengunjungi perpustakaan fisik.

    Perilaku Digital Native dalam Konsumsi dan Produksi Konten

    Digital native lebih suka mengakses koleksi perpustakaan secara daring melalui gawai ketimbang mengunjungi perpustakaan secara langsung. Bahkan, dalam memilih tempat belajar, mereka lebih menyukai kafe dibanding perpustakaan, karena menganggap kafe sebagai bagian dari gaya hidup mereka.

    Dalam hal konsumsi dan produksi konten, digital native lebih menyukai format visual dibanding teks. Mereka cenderung lebih imajinatif dalam membuat dan mengonsumsi konten grafis, foto, gambar, atau video. Konten visual juga dinilai lebih menarik dan memiliki tingkat keterlibatan (engagement) yang lebih tinggi dibandingkan teks, sehingga dampaknya terhadap pola pikir, perasaan, dan perilaku mereka lebih kuat.

    Sebagai generasi yang hidup berdampingan dengan teknologi, digital native terus berkembang dalam memanfaatkan kemajuan digital. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk tidak hanya menjadi pengguna aktif teknologi, tetapi juga memanfaatkannya secara bijak untuk meningkatkan kualitas hidup dan kontribusi terhadap masyarakat.

    Kabar Trenggalek - Teknologi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf