Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Mencicipi Kuliner Gojang Iwala Watulimo, Warung Legendaris Mbah Ginah

Asap dapur kuliner legendaris ngebul. Dinding yang hitam menandakan usia warung berdiri. Meski berganti tangan ke anak turunnya, kuliner ikan laut goreng dan sayur lodeh bertahan dengan resep yang sama.

Gojang Iwala sebutannya, akronim dari ‘Sego Jangan Iwak Laut.’ Warung yang berdiri di RT 17 RW 06 Desa Margomulyo, Kecamatan Watulimo itu disebut legendaris. Karena berdiri sejak 1970-an.

porsi-masakan-sego-jangan-iwak-laut.jpg
Sajian kuliner legendaris Gojang Iwala di Desa Margomulyo, Watulimo. KBRT/Zamz

Maryatin, wanita 58 tahun itu berjibaku di dapur setiap hari mulai 03.30 Wib sampai 16.00 Wib untuk menyajikan menu andalan. Dia nampak sederhana mengenakan daster saat melayani pembeli.

“Kalau yang terkenal warung Mbah Ginah. Itu ibu saya, sejak kecil memang jualannya nasi lodeh dan ikan laut goreng. Saya anak kedua dari enam bersaudara,” katanya sambil memegang piring.

Tungku kayu menjadi saksi roda perputaran warung. Setiap hari mampu menyajikan ikan goreng 10 Kilogram (Kg) dan menghabiskan 8 Kilogram (Kg) nasi. Pendapatannya Rp. 800.000/hari dari jualan Gojang Iwala.

“Satu porsinya nasi lodeh Rp 6.000, kalau tambah dengan ikan laut goreng satunya Rp. 2.000. Selain itu ada lauk lain, telur dan tempe, tapi banyak yang pakai iwak laut,” tuturnya.

Maryatin mengatakan, ikan laut tersebut hasil tangkapan nelayan. Setiap harinya, jenis ikan laut goreng yang disajikan berbeda-beda. Tergantung musim ikan tangkapan. Saat penulis berkunjung Kamis (14/11/2024) ikan layur goreng tersajikan.

“Kalau lodeh biasanya labu siam, kacang panjang, tewel dan kalau sedang musim, rebung atau bambu muda banyak diminati pelanggan,” paparnya.

dapur-sego-jangan-iwak-laut-watulimo.jpg
Sajian ikan laut goreng yang setiap harinya mampu terjual 10 Kilogram. KBRT/Zamz

Saat penulis merasakan Gojang Iwala terasa khas. Sayur lodehnya tak menampakkan pedas. Rasa ikan laut gorengnya cukup renyah karena ada taburan tepung. Rasa asin menambah gurih ikan segar goreng yang tersaji.

Maryatin mengaku, warung yang berukuran 6 meter persegi, dirinya tidak bekerja sendiri. Melainkan ada tenaga masak 3 orang yang sehari-hari membantu Maryatin jualan Gojang Iwala.

“Alhamdulillah dari jualan ini bisa menyelesaikan pendidikan kedua anak saya di tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” sambil menunjukkan senyum sumringahnya.

pelanggan-sego-jangan-iwak-laut.jpg
Pelanggan sedang menikmati kuliner gojang iwala warung Mbah Ginah. KBRT/Zamz

Pelanggan Gojang Iwala mulai dari warga, nelayan, wisatawan. Kesaksiannya, jika sedang musim durian di Kecamatan Watulimo, warungnya tak pernah sepi pelanggan.

“Kalau tidak musim buah ya stabil aja, pelanggan rata-rata wisatawan yang ingin menikmati ikan khas tangkapan nelayan sini,” ujarnya.