Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Membangun Masa Depan Kakao di Kabupaten Trenggalek Melalui Inovasi Gropyok Kebun

Kubah Migunani

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Trenggalek yang sedang mengalami perkembangan pesat. Dalam beberapa tahun terakhir, harga kakao non-fermentasi mencapai Rp. 95.000 per kilogram, sementara kakao fermentasi menembus angka Rp. 120.000 per kilogram.

Berdasarkan data Pertanian dalam Angka 2024, Kabupaten Trenggalek memiliki luas lahan kakao mencapai 3.269,63 hektar, dengan produksi sebesar 1.066,31 ton dan produktivitas rata-rata 0,62 ton per hektar. Namun, di balik potensi besar tersebut, terdapat tantangan serius yang menghambat pertumbuhan sektor perkebunan kakao.

Masalah utama yang dihadapi petani kakao di Trenggalek adalah rendahnya produktivitas akibat tingginya jumlah tanaman tua, rusak, dan varietas yang tidak jelas. Tanaman kakao yang sudah tua atau rusak sebenarnya masih bisa diperbaiki melalui teknik pemangkasan serta penyambungan pucuk atau samping.

Namun, keberhasilan perbaikan tersebut memerlukan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh semua petani. Selain itu, minimnya sarana budidaya seperti gunting pangkas dan entres unggul, serta rendahnya kesadaran petani dalam melakukan perawatan pasca-panen, seperti pemupukan dan pembuatan rorak, juga menjadi faktor penghambat lainnya.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keterampilan petani dalam perawatan tanaman kakao. Melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan baik di tingkat lokal maupun dengan mengirimkan petani ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, petani kakao dibekali keterampilan dalam pemangkasan, penyambungan, dan budidaya kakao.

Salah satu kelompok tani yang berhasil memanfaatkan program pelatihan ini adalah kelompok tani Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, yang kemudian membentuk tim relawan bernama "Tim Maco."

Inovasi Gropyok Kebun

inovasi gropyok kebun.jpg
Bimbingan teknis diberikan kepada petani kakao

Tim Maco telah meluncurkan gerakan inovatif bernama "Gropyok Kebun," yang mengusung konsep gotong royong dalam pemangkasan dan penyambungan tanaman kakao. Uniknya, gerakan ini dilakukan tanpa memungut biaya dari para petani. 

Tim Maco, yang terdiri dari petani kakao berpengalaman, menawarkan layanan pemangkasan secara gratis di kebun-kebun kakao milik petani lainnya. Hal ini meningkatkan tingkat kepercayaan para petani karena mereka dapat melihat langsung keberhasilan yang telah diraih oleh sesama petani kakao.

Selain itu, gerakan Gropyok Kebun juga mendorong efisiensi dalam budidaya kakao. Daun hasil pemangkasan digunakan sebagai pakan ternak, sementara kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman kakao. Dengan cara ini, Gropyok Kebun menciptakan sistem perkebunan yang terpadu dan berkelanjutan, sekaligus membantu petani menghemat biaya pemeliharaan.

Meskipun inovasi ini telah memberikan dampak positif, masih terdapat beberapa kendala yang perlu diatasi. Salah satunya adalah jumlah petani terlatih yang masih terbatas, serta kurangnya sarana budidaya yang memadai.

Untuk itu, Dinas Pertanian dan Pangan, bersama pemerintah desa, penyuluh pertanian, dan Tim Maco, terus berupaya memberikan bimbingan teknis dan pelatihan kepada petani kakao. Berbagai program pelatihan, seperti budidaya, penanganan pasca panen, dan pembuatan pupuk organik dari limbah kakao, diadakan secara rutin untuk meningkatkan kapasitas petani.

Dukungan anggaran juga disalurkan melalui berbagai program, seperti Pengawasan Penggunaan Sarana Pertanian dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Petani, yang dikelola dengan ketat sesuai dengan spesifikasi lokasi dan teknologi yang dibutuhkan.

Hasil dan Manfaat Inovasi

Melalui gerakan Gropyok Kebun dan dukungan penuh dari berbagai pihak, produktivitas kakao di Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2023, produksi kakao meningkat sebesar 5,48%, dari 102,76 ton menjadi 110,71 ton, dengan produktivitas mencapai 1.030 kg per hektar.

Peningkatan produktivitas ini juga berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani kakao di Trenggalek meningkat dari Rp. 92,15 juta per hektar menjadi Rp. 97,85 juta per hektar, atau naik sebesar 5,8%.

Tidak hanya itu, inovasi Gropyok Kebun juga berkontribusi dalam memperkuat kelompok tani di Kabupaten Trenggalek. Petani kini memiliki pemahaman teknis yang lebih baik tentang budidaya kakao, dan kelompok tani menjadi lebih mandiri dalam mengelola perkebunan mereka.

Keberhasilan inovasi ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain melalui kegiatan sarasehan dan studi banding, sehingga semakin banyak petani yang dapat menikmati manfaat dari sistem perkebunan terpadu ini.

Inovasi Gropyok Kebun yang diprakarsai oleh Tim Maco di Kabupaten Trenggalek telah membuktikan bahwa kolaborasi antar petani dan dukungan dari pemerintah dapat menghasilkan dampak yang nyata.

Dengan sistem gotong royong yang hemat biaya, petani kakao di Trenggalek kini mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka, sekaligus mewujudkan sistem perkebunan yang berkelanjutan.

Gerakan ini memberikan harapan baru bagi masa depan perkebunan kakao di Trenggalek, sekaligus menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengembangkan inovasi serupa.


Gropyok Kebun terpilih sebagai inovasi terbaik kategori Perangkat Daerah Terinovatif dalam ajang Katulistiva Award yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Trenggalek

Editor:Tri
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *