KBRT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Trenggalek mulai mendapat sorotan. Sejumlah keluhan disampaikan masyarakat, mulai dari ditemukannya ulat dalam wadah ompreng MBG, keterlambatan pengiriman, hingga menu yang dinilai kurang memanfaatkan hasil kekayaan lokal seperti ikan laut.
Selain itu, Kabar Trenggalek juga menerima salinan surat dari salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Trenggalek. Dalam poin surat tersebut, pihak sekolah melarang siswanya mengunggah di media sosial jika menemukan kekurangan pada menu MBG.
“Iya memang saya mendapatkan ulat dalam wadah MBG, kami menduga dari salah satu buah atau sayur di dalamnya,” ujar narasumber yang enggan disebut identitasnya.
Namun, permasalahan tersebut belum sepenuhnya terlihat di mata pejabat daerah. Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara, mengaku belum menerima laporan detail terkait program MBG di wilayahnya.
“Makan Bergizi Gratis saya belum bisa berkomentar banyak karena saya belum menerima laporan secara utuh. Kalau di Trenggalek tidak ada [kasus keracunan] berarti pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) otomatis lah, kami akan melakukan pengawasan bisa dirasakan manfaatnya,” ujar Syah, Senin (29/09/2025).
Ketua DPRD Trenggalek, Doding Rahmadi, menyampaikan hal senada. Ia menilai program masih dalam tahap penyesuaian, terutama untuk dapur-dapur baru yang menjadi penyuplai MBG.
“Keluh-keluhan belum ada, mudah-mudahan di Trenggalek tidak ada keluhan signifikan. Kalau dapur-dapur baru itu butuh penyesuaian, agak terlambat sedikit. Kalau kami cek di lapangan, lama-kelamaan sudah bagus,” ungkap Doding.
Doding menambahkan, DPRD bersama Forkopimda tengah membahas pembentukan satgas pengawasan MBG. “Kami ini lagi membentuk satgas, akan kami koordinasikan dengan satgasnya siapa saja. Walaupun itu program pusat, tapi karena ini menyangkut rakyat Trenggalek, dalam konteks pengawasan juga masuk,” katanya.
Sementara itu, data dari Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Trenggalek (25/09/2025), Saeroni, menunjukkan capaian MBG masih jauh dari target. Dari total 174.115 penerima yang terdaftar, baru 51.621 sasaran yang sudah mendapatkan layanan, atau sekitar 29 persen.
Menurutnya, dari 60 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terdaftar, hanya 16 unit yang benar-benar beroperasi. “Artinya, capaian pemenuhan MBG baru menyentuh angka 29 persen.”
Kini, realisasi program MBG di Trenggalek masih membutuhkan perhatian serius, baik terkait kualitas menu, ketepatan distribusi, maupun keterlibatan pengawasan.
Hingga berita ini diterbitkan Koordinator Wilayah SPPI di Trenggalek belum memberikan keterangan sama sekali soal evaluasi yang ada di SPPG.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Lek Zuhti