Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ledang Trenggalek: Bersuara Demi Pilkada, Bergema Hingga Gua Tekek

Hari Jumat pagi, 15 November 2024, suasana halaman Kantor Kecamatan Trenggalek sudah riuh rendah. Iring-iringan mobil ledang bersiap, lengkap dengan pengeras suara mirip sound horeg, yang dijamin sanggup membuat ayam tetangga berhenti berkokok. Ada semangat yang membara, meski udara pagi masih agak dingin menggigit. Tujuan mereka satu: mengajak warga Kecamatan Trenggalek untuk datang ke TPS pada 27 November nanti.

Dipimpin langsung oleh Ketua PPK Kecamatan Trenggalek, acara dimulai dengan apel pemberangkatan. Sekretaris Kecamatan Trenggalek, Iwan Sigit Badawi, bertindak sebagai pembina apel. Dalam sambutannya, beliau menegaskan, “Cara kuno seperti ledang ini jangan diremehkan. Sinyal boleh mati, tapi suara bende takkan berhenti. Bahkan ke Gua Tekek sekalipun, suara kita bisa sampai!” Sebuah pesan lugas yang langsung disambut tawa ringan para peserta apel, namun penuh makna.

Pukul 08.00 WIB, iring-iringan kendaraan mulai bergerak. Mobil pertama berisi tim woro-woro lengkap dengan pengeras suara, diikuti kendaraan PPK dan sekretariat. Tujuan pertama adalah wilayah Kelurahan Surodakan, lalu berhenti sejenak di Pasar Desa Rejowinangun. Di pasar itu, para petugas menyampaikan pesan langsung kepada para pedagang dan pengunjung.

"Jangan lupa, Rabu Pon tanggal 27 November 2024, ayo ke TPS! Pilih pemimpin kita, untuk Trenggalek dan Jawa Timur yang lebih baik!" seru salah satu anggota PPK lewat pengeras suara. Nada tegas tapi ramah. Pesan ini disambut hangat oleh para pedagang, beberapa bahkan sempat bercanda, “Kalau sudah nyoblos, dapat hadiah apa, Mbak?”

Setelah dari Rejowinangun, rombongan bergerak ke Desa Parakan, Sukosari, dan Dawuhan. Tidak berhenti sampai di situ, mereka kembali ke selatan dan melanjutkan ke Desa Ngares, Sumberdadi, hingga Kelurahan Sumbergedong. Sepanjang jalan, rombongan menyusuri jalan protokol di tengah kota, termasuk Jalan Jenderal Sudirman dan Soekarno-Hatta, sebelum menuju ke Kelurahan Ngantru dan Kelutan. Rute ditutup dengan kunjungan ke Desa Sambirejo dan Karangsoko di selatan.

Pesan yang Menggema Hingga ke Desa

Ledang kali ini tidak hanya tentang pengeras suara dan mobil berhias. Ini adalah upaya membawa demokrasi lebih dekat ke rakyat. Melalui pengeras suara yang nyaring, warga di pinggir jalan, di teras rumah, bahkan yang sibuk menjemur padi di halaman mendengar pesan penting: jangan golput!

“Golput itu merugi,” ujar Abdi, Ketua PPK lewat pengeras suara. “Satu suara bisa menentukan masa depan Trenggalek dan Jawa Timur untuk lima tahun ke depan. Jangan sampai absen!”

Momen di Desa Parakan jadi salah satu yang paling mengesankan. Saat rombongan melintas, beberapa warga langsung keluar rumah. Ada yang mengangguk tanda setuju, ada juga yang tersenyum kecil, mungkin merasa tersentil. Di sisi lain, rombongan terus berjalan meski jalanan kadang berliku, kadang berlubang, tapi semangat tak pernah pudar.

Cara Kuno yang Tetap Efektif

Menurut Triska , PIC Sosialisasi PPK Trenggalek yang ikut dalam ledang, cara ini dianggap efektif. “Tidak semua warga aktif di media sosial atau punya akses informasi yang memadai. Dengan ledang, kami bisa menjangkau langsung hingga ke pelosok,” katanya.

Bahkan, di beberapa wilayah yang susah sinyal, suara pengeras dari mobil ledang terasa seperti angin segar. Warga jadi tahu kapan waktu pemungutan suara, apa yang akan dipilih, dan kenapa partisipasi itu penting.

Harapan dari Jalanan Trenggalek

Pukul 15.00 WIB, iring-iringan kembali ke kantor kecamatan. Meski lelah, ada kepuasan yang terpancar dari wajah para peserta. Ketua PPK Kecamatan Trenggalek menyampaikan harapannya, “Semoga dengan ledang ini, warga Kecamatan Trenggalek semakin sadar pentingnya menggunakan hak pilih. Kita ingin tingkat partisipasi meningkat, bahkan kalau bisa, mendekati 100%.”

Ledang ini bukan sekadar cara kuno yang diwariskan zaman, tetapi simbol bahwa demokrasi harus terus disuarakan. Bahkan ke tempat-tempat yang sulit dijangkau sinyal sekalipun. Karena seperti kata Sekcam Iwan Sigit Badawi, “Sinyal boleh mati, tapi suara demokrasi takkan berhenti.”

Jadi, warga Trenggalek, dengarkan panggilan ini: pada 27 November, datanglah ke TPS. Suaramu adalah masa depanmu.