Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ledang Demokrasi: Dari Pasar Pule Menuju Trenggalek Luhur

Langit pagi Kecamatan Pule tampak cerah, seperti semangat para pejuang demokrasi yang berbaris rapi di halaman kantor kecamatan. Jumat pagi, 8 November 2024, menjadi saksi dimulainya aksi sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Bukan sekadar apel biasa, acara ini menandai debut armada ledang atau siaran keliling, sebuah upaya unik untuk menggugah kesadaran warga agar datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 27 November mendatang.

Ini bukan pawai biasa. Ini adalah sosialisasi Pilkada 2024 yang dikemas dengan semangat, kreativitas, dan, tentu saja, harapan besar: meningkatkan partisipasi pemilih di kecamatan kecil ini.

Semangat Dimulai dari Apel

Tepat pukul 08.00 WIB, halaman Kecamatan Pule menjadi saksi apel persiapan. Didik Priyo Sembodo, Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pule, membuka acara dengan arahan yang lugas dan membakar semangat. Didampingi jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam), seluruh Panitia Pemungutan Suara (PPS) dari sepuluh desa hadir, siap mengawal "armada demokrasi" ini.

“Kita harus turun langsung ke masyarakat, menyapa mereka di pasar, di desa-desa, bahkan di gang kecil yang sering terlupa,” ujar Didik dengan penuh tekad.

Tak ketinggalan, Camat Dwi Ratna Widyawati, Kapolsek Iptu Muhtar, dan Danramil Pule Kapten Sumardi turut memberi arahan. Ketiganya berkomitmen mengawal demokrasi hingga pelosok, menargetkan partisipasi mendekati 100%.

“Pule harus jadi teladan, menunjukkan bahwa setiap suara itu penting, sekecil apa pun,” tegas Camat Dwi.

Galih, Galuh, dan SiJalih Mencuri Perhatian

Pagi itu, armada ledang dihias istimewa. Maskot Galih Galuh—simbol “Trenggalek Memilih Trenggalek Luhur”—dan SiJalih—“Jatim Memilih”—berdiri gagah di atas kendaraan, menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Usai apel, pita dipotong sebagai tanda resmi dimulainya perjalanan sosialisasi. Dengan lagu jingle Pilkada mengiringi, armada bergerak meninggalkan halaman kecamatan, menuju pemberhentian pertama: Pasar Pule.

Di pasar, sambutan masyarakat begitu hangat. Suara dari pengeras mulai terdengar:
"Gunakan hak pilih Anda! Pilkada 27 November 2024, datang ke TPS terdekat!”

PPK Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat, Rina Prihatin, memimpin langsung interaksi di lokasi. Bersama tim, ia tak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga menggelar kuis berhadiah seputar Pilkada. “Kuis ini sederhana, tapi mampu menarik perhatian,” kata Rina sambil tersenyum.

Seorang pedagang sayur yang ikut kuis tersenyum puas ketika berhasil menjawab benar pertanyaan tentang tanggal pemilu. “Lumayan, dapat hadiah! Tapi yang penting, saya jadi ingat tanggalnya,” ujarnya.

Pule2
Pasar Pule Jadi Sasaran Strategis Sosialisasi PPK Pule. KBRT/Mindset 

Menyusuri Desa-Desa, Menyapa Semua Lapisan

Selepas Pasar Pule, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Jombok. Iring-iringan ini mencuri perhatian warga di sepanjang jalan. Mobil dengan pengeras suara memutar pesan sosialisasi yang sudah disiapkan, diiringi jingle Pilkada yang catchy. Di belakangnya, PPK dan PPS dengan kaos seragam putih mengendarai motor, menambah kesan meriah.

Rute perjalanan cukup panjang: dari Jombok ke Sukokidul, Karanganyar, hingga Tanggaran untuk istirahat sejenak di tengah hari. Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Puyung, Sidomulyo, Joho, Kembangan, hingga kembali ke Kecamatan Pule lewat Pakel.

Menyentuh Pemilih Pemula

Rina menyebutkan, ledang ini tak hanya menyasar pasar atau tempat umum, tapi juga sekolah. “Di Pule ada tiga SMA/MA dan SMK. Banyak pelajar yang sudah punya hak suara. Kita ingin memastikan mereka tahu pentingnya memilih,” katanya.

Sepanjang jalan, ledang kerap berhenti di depan sekolahan atau masjid untuk memberikan penjelasan singkat. Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan. Masjid adalah pusat keramaian selepas salat Jumat, sementara sekolahan menjadi tempat strategis untuk mendekati pemilih pemula.

Harapan yang Ditanam di Tiap Tikungan

Tujuan utama kegiatan ini sederhana namun mendalam: menyadarkan masyarakat bahwa suara mereka adalah bagian tak terpisahkan dari demokrasi. Didik Priyo berharap, dengan upaya sosialisasi yang mendalam seperti ini, tingkat partisipasi di Kecamatan Pule dapat meningkat signifikan.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan media digital. Tidak semua masyarakat punya akses atau paham cara mendapat informasi. Jadi, kita harus langsung hadir di tengah mereka,” ujarnya.

Antara Suara dan Luhur Cita-Cita

Sore itu, setelah menyelesaikan perjalanan panjang, armada ledang kembali ke Kecamatan Pule. Meski lelah, semangat tetap terpancar di wajah setiap anggota tim. Mereka tahu, setiap jalan yang dilalui, setiap kuis yang digelar, adalah investasi kecil untuk hasil yang besar pada 27 November nanti.

Demokrasi, di kecamatan kecil seperti Pule, terasa begitu hidup. Dari pasar hingga desa pelosok, suara ajakan terus digaungkan, membawa cita-cita luhur untuk Trenggalek yang lebih maju. Dan melalui ledang ini, mereka membuktikan bahwa demokrasi tak melulu soal pemilu. Ini soal menyapa, berbicara, dan menghargai setiap warga—di jalan kecil, di tikungan sunyi, di desa yang jarang disinggahi.