Rabu, 23 Oktober 2024 menjadi hari yang tak biasa di SMAN 1 Tugu. Lapangan sekolah yang biasanya hanya riuh oleh suara bola atau upacara pagi, kali ini berubah menjadi arena penuh keceriaan. Bukan untuk lomba 17-an atau pentas seni, melainkan sosialisasi Pilkada yang dibalut dalam konsep fun game.
Tentu saja, pendekatan ini bukan tanpa alasan. Para siswa kelas 11 dan 12 yang rata-rata sudah genap 17 tahun tengah bersiap mencicipi pengalaman pertama mereka sebagai pemilih. Namun, mari kita jujur: siapa yang betah mendengar ceramah panjang soal politik di ruangan? Pasti lebih menggoda menguap daripada menyimak. Maka, PPK Kecamatan Tugu berinovasi dengan membuang podium dan menggantinya dengan game seru.
Daftar Isi [Show]
Buka Acara, Sambut Hangat
Pagi dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah, yang menekankan pentingnya pengalaman pertama nyoblos. “Anak-anak, kalian bukan cuma calon penerus bangsa, tapi juga calon pemberi suara. Pastikan kalian paham, suara kalian itu berharga,” ujar beliau dengan senyum khas seorang guru.
Hari Andiko, Camat Tugu yang turut hadir bersama Kapolsek Panut dan Danramil Panut (ya, nama mereka memang kembar identik!), melanjutkan dengan pesan-pesan ringan. Ketika giliran Mujiarto, Ketua PPK Tugu berbicara, suasana mulai cair. “Hari ini nggak ada ceramah panjang, kita main aja. Tapi ingat, main sambil belajar, ya. Siapa tahu nanti malah lebih pintar dari yang di podium,” ujarnya, mengundang tawa para siswa.
Game Seru, Pesan Serius
Fun game ini dirancang dengan cerdik. Ada tiga sesi permainan, masing-masing memiliki cara unik untuk menyelipkan materi Pilkada tanpa terkesan menggurui.
1. Cerdas Cermat Pilkada
Sesi ini sederhana tapi penuh tantangan. Pertanyaan dilempar, siapa cepat angkat tangan dan jawab, dia yang menang. Dari "Apa itu TPS?" hingga "Siapa gubernur pertama Jawa Timur?" pertanyaan dirancang mengundang rasa penasaran. Seorang siswa, Dinda dari kelas 11 IPA, berhasil menjawab dengan sigap: “Tempat Pemungutan Suara, Pak!” sambil melompat kecil. Riuh tepuk tangan pun pecah.
2. Lomba Pantun dan Puisi Pilkada
Nah, ini yang paling bikin perut kocak. Satu tim beranggotakan empat siswa harus membuat pantun tentang Pilkada, tapi isinya harus lucu sekaligus bermakna. Salah satu pantun yang berhasil memenangi hati juri berbunyi:
Trenggalek sejuk banyak sawah,
Langit biru bikin terpana.
Janji kampanye bikin mewah,
Jalan berlubang kok masih sama?
Gelak tawa dan tepuk tangan menggema, membuat suasana makin meriah.
3. Pasang Istilah Pilkada
Dalam sesi ini, siswa diberi selembar kertas berisi istilah Pilkada di satu kolom, dan penjelasannya di kolom lain. Tugas mereka adalah mencocokkan pasangan yang tepat. Dari istilah seperti "DPT" hingga "Quick Count," permainan ini mengasah logika dan pengetahuan. Tim dengan jawaban terbanyak yang benar langsung diganjar doorprize berupa peralatan sekolah.
Hiburan di Tengah Penatnya Belajar
Acara ini sederhana, tapi sukses besar. Para siswa, yang biasanya hanya tahu “TPS itu tempat ngumpul ibu-ibu” kini mulai paham lebih dalam soal proses demokrasi. Bahkan para guru terlihat ikut larut dalam keseruan.
“Ini acara yang jarang-jarang, bikin anak-anak lebih paham tanpa mereka merasa digurui. Semoga sering-sering ada kegiatan begini,” ujar salah satu guru, sambil menepuk-nepuk pundak salah satu siswa yang kelelahan tertawa.
Namun, meski acara berlangsung meriah, ada satu hal yang mencuri perhatian. Ketika sesi foto bersama, sebagian siswa laki-laki memilih "kabur" pelan-pelan. Entah malu atau merasa kurang fotogenik, mereka lebih memilih menunggu di belakang sambil cekikikan.
Dari Pemilih Pemula untuk Masa Depan Bangsa
Sekitar pukul 11.30, acara ditutup dengan pemberian souvenir dari PPK Tugu kepada pihak sekolah. Meski sederhana, momen ini terasa spesial. Mujiarto menyampaikan harapannya, “Kami ingin adik-adik di sini paham, suara kalian menentukan masa depan. Jangan golput, ya!”
Seiring bubarnya kerumunan, lapangan SMAN 1 Tugu kembali sunyi. Namun, gema tawa, pantun lucu, dan pesan penting soal Pilkada masih terngiang di benak siswa. Dari sebuah acara ringan di sekolah, para pemilih pemula ini diajak menyadari bahwa demokrasi bukan sekadar teori di buku PKN, melainkan sebuah langkah nyata untuk membuat perubahan.
Karena, bukankah memilih itu langkah kecil dengan dampak besar? Dan siapa tahu, salah satu siswa di sini kelak justru berdiri di podium Pilkada. Semoga.