Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ketemu Rocky Gerung, Dosen ITB Trenggalek Sebut Literasi Masyarakat Terlalu Minim

Persoalan literasi di Kabupaten Trenggalek menjadi sorotan akademisi, salah satunya dari dosen Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Trenggalek. Insany Syahbarwaty, dosen ITB Trenggalek sebut literasi masyarakat terlalu minim. Hal itu ia sampaikan pada diskusi ‘Manunggaling Kawula Akal Sehat’ dalam rangka ulang tahun Kabar Trenggalek ke-3.“Karena saya ketika tiba di sini, saya melihat kota ini minim literasi. Saya berjalan di seluruh kota ini dan tidak menemukan satu pun toko buku, bang. Itu menyedihkan buat saya,” ujar Insany kepada Rocky Gerung.Insany baru datang di Trenggalek selama 3 bulan. Sebelumnya, ia tinggal di Kota Ambon, Provinsi Maluku. Insany juga pernah terlibat dalam peristiwa reformasi 1998 di Jakarta. Dengan latar belakang seperti itu, ia merasa sedih melihat kota kecil seperti Trenggalek yang minim literasi.Menurut Insany, penjelasan Rocky Gerung selama diskusi bisa jadi tidak banyak diketahui oleh masyarakat Trenggalek yang minim literasi. Sebab, kata Insany, 700 ribu warga Trenggalek tidak semuanya hadir di diskusi tersebut.“Bayangkan, hanya nol koma sekian persen [yang hadir], artinya tingkat literasi dengan nama besar Anda sebagai Bung Rocky Gerung se-Indonesia itu tidak ada magnetnya di Trenggalek,” terang Insany.Meski demikian, Insany mengapresiasi kepada Kabar Trenggalek yang telah berhasil mendatangkan Rocky Gerung. Karena, kedatangan tokoh intelektual publik itu diharapkan dapat memantik akal sehat masyarakat Trenggalek dalam upaya peningkatan literasi.“Saya dan beberapa mahasiswa saya ada di sini hadir karena saya memprovokasi mereka harus membuka nalar lebih luar biasa lagi,” kata Insany.Tak hanya persoalan literasi Trenggalek, Insany juga mengkritik pemerintahan Jokowi dalam hal pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Padahal, masih ada banyak masalah pendidikan, termasuk persoalan gaji dosen yang minim.“Kita semua kecewa terhadap pemerintahan Jokowi selama 10 tahun terakhir. Kenapa? Ada kepentingan-kepentingan lain yang muncul di sana termasuk di dalamnya dia mencoba mewariskan wakanda terhadap anak-anaknya. Apa yang Anda sebutkan tadi terkait kondisi IKN saat ini alangkah menyedihkan, sebab kondisi pendidikan Indonesia bahkan gaji dosen sangat minim di Indonesia.“Kenapa membangun sebuah Ibu Kota yang sama sekali hanyalah sepenggal mimpi yang membuat masyarakat Indonesia saat ini bermimpi pada sesuatu yang semu. Padahal dana untuk IKN itu [bisa] dilakukan untuk seluruh Indonesia, apalagi Maluku yang kepulauan atau Riau yang kepulauan yang kondisi pendidikannya sangat-sangat minim,” tambah Insany.Rocky Gerung menanggapi argumentasi dan menanggapi pertanyaan Insany. Rocky Gerung mengapresiasi pilihan Insany untuk menjadi dosen di saat teman-temannya angkatan 1998 banyak yang menjadi komisaris.“Kalau kita tanya kenapa dia [Insany] memilih menjadi pendidik? Karena bagi dia problem bangsa ini adalah pendidikan, bukan infrastruktur. Pak Jokowi memperpanjang jalan tol sambil memperpendek jalan pikiran. Dia pro infrastruktur, dia pro jalan tol bukan jalan pikiran,” ujar Rocky Gerung.“Saya kira banyak orang yang menunjukkan akal pikirannya secara sehat dengan memilih sesuatu yang menjadi sumber utama krisis kepemimpinan di negeri ini, yaitu pendidikan,” imbuhnya.Menurut Rocky Gerung, persoalan literasi, pendidikan, dan infrastruktur itu berkaitan dengan situasi di masyarakat Trenggalek. Ia menanyakan berapa rata-rata usia sekolah di Trenggalek. Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menyinggung kemampuan literasi anak-anak muda Trenggalek dalam menolak tambang emas.“Terkait betul di sini, apalagi Trenggalek, berapa rata-rata usia sekolah di Trenggalek? Berapa banyak tadi dia protes kemampuan naratif dari anak-anak muda Trenggalek untuk bahkan mendalilkan bahwa kita menolak tambang emas dengan argumen a-b-c-d,” kata Rocky Gerung.Di satu sisi, banyak anak-anak muda yang lebih menginginkan alam Trenggalek tetap lestari, salah satunya dengan membuat jalur pendakian di Gunung Semungklung. Di sisi lain, ada warga Trenggalek yang membutuhkan pemasukan ekonomi dan terpaksa memilih tambang emas.“Nah di situ perlu ada argumentasi. Tapi, argumentasi baru bisa disebut argumentasi kalau ada duel naratif. Kita tidak melihat ada duel narasi yang bermutu bahkan di tingkat pusat, semua talkshow yang ada di Jakarta itu. Isinya omon-omon doang. Gak ada poin di situ untuk bertengkar,” ucap Rocky Gerung.Oleh karena itu, dalam upaya memantik peningkatan literasi di Trenggalek, Rocky Gerung menyarankan kepada anak-anak muda melatih diri untuk bertengkar. Semisal ketika menghadapi dosen dan rektor, mahasiswa harus menggeleng-gelengkan kepala dan tidak boleh mengangguk. Hal itu supaya terjadi dialektik dan percakapan untuk menghasilkan jalan pikiran.“Jadi kalau Ibu Insany lagi nerangin jangan ngangguk-ngangguk ke dia, menggeleng aja. Menggeleng artinya ingin mencari perkara dalam pikiran. Rektor bicara menggeleng-geleng aja. Mengangguk itu tanda feodal. Jadi jangan pernah mengangguk ketika Anda sedang belajar. Dosen yang baik dia akan ajak mahasiswanya untuk bertengkar, bukan untuk menerima perintah,” tandas Rocky Gerung.Tonton Full Diskusi “Manunggaling Kawula Akal Sehat” di YouTube Kabar Trenggalek:https://www.youtube.com/live/hUFrhNLLyHI?feature=shared