Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Kenapa Sesak Napas Sering Terjadi di Malam Hari? Ini Penyebabnya

Pernah nggak, tiba-tiba bangun di tengah malam karena napas terasa berat? Kondisi ini sebenarnya nggak boleh dianggap sepele, karena bisa jadi ada penyebab serius di baliknya. Mulai dari alergi di kamar tidur hingga gangguan kesehatan tertentu.

Kalau kamu sering mengalami sesak napas di malam hari atau saat berbaring, yuk cari tahu apa saja penyebab yang mungkin terjadi. Berikut ini penjelasannya!

1. Asma

Asma bisa bikin saluran pernapasan kamu meradang, sehingga napas jadi berat, terutama di malam hari. Kenapa malam hari? Ini alasannya:

  • Posisi tidur bisa bikin diafragma tertekan.
  • Lendir di tenggorokan menumpuk, memicu batuk atau sesak napas.
  • Perubahan hormon saat malam hari memperburuk kondisi.
  • Alergen seperti debu atau tungau di kasur bikin asma kambuh.

Kalau kamu punya asma yang sering kambuh di malam hari, coba cek kondisi lingkungan tempat tidurmu dan jangan ragu konsultasi ke dokter.

2. Gangguan Jantung

Masalah pada jantung, seperti gagal jantung, juga bisa memicu sesak napas di malam hari. Ini terjadi karena jantung nggak mampu memompa darah dengan optimal.

Beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai:

  • Nyeri dada.
  • Mual atau muntah.
  • Keringat berlebih.
  • Cepat lelah.

Kalau sesak napas disertai gejala di atas, segera periksa ke dokter. Jangan tunggu lama, karena bisa jadi itu tanda serangan jantung.

3. Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan tidur di mana saluran udara menyempit, bikin napas kamu terhenti sementara. Biasanya, penderita sleep apnea sering terbangun di malam hari untuk ambil napas.

Gejala lainnya:

  • Mendengkur keras.
  • Mulut kering atau tenggorokan sakit saat bangun.
  • Mengantuk sepanjang hari karena tidur nggak nyenyak.

Kondisi ini bisa diatasi dengan alat bantu pernapasan seperti CPAP atau perubahan gaya hidup.

4. Emfisema

Emfisema adalah kerusakan kantung udara di paru-paru yang bikin pernapasan jadi sulit. Penyebab utamanya? Rokok! Baik perokok aktif maupun pasif berisiko mengalami ini.

Gejala yang sering muncul:

  • Sulit bernapas saat beraktivitas fisik.
  • Sesak napas bahkan saat duduk atau beristirahat (untuk tahap lanjut).

Berhenti merokok adalah langkah awal yang sangat penting untuk meringankan gejala emfisema.

5. Obesitas

Berat badan berlebih juga bisa bikin napas terasa berat saat tidur. Tekanan dari beban tubuh, terutama di area perut, menghalangi paru-paru mengembang dengan baik.

Solusinya? Mulailah pola hidup sehat dengan olahraga teratur dan diet seimbang untuk menurunkan berat badan.

6. Serangan Panik atau Kecemasan

Serangan panik bisa datang kapan saja, termasuk saat kamu sedang tidur. Selain sesak napas, serangan ini juga disertai gejala seperti:

  • Detak jantung cepat.
  • Rasa seperti tercekik.
  • Keringat dingin dan gemetar.
  • Rasa pusing atau mual.

Untuk mengatasi kondisi ini, kamu bisa coba konseling atau terapi perilaku kognitif untuk mengelola kecemasan.

7. Alergi

Debu, serbuk sari, atau alergen lain di kamar tidur bisa bikin sesak napas makin parah di malam hari. Hal ini terjadi karena kadar hormon kortisol yang menekan peradangan menurun saat malam.

Membersihkan kamar secara rutin dan menjauhkan diri dari pemicu alergi adalah langkah pencegahan yang penting.

8. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi yang bikin paru-paru meradang. Biasanya disertai gejala seperti:

  • Demam tinggi.
  • Batuk berdahak.
  • Nyeri dada.

Kalau kamu merasa ada gejala ini, jangan ragu untuk segera mencari perawatan medis.

9. Penyebab Lainnya

Selain penyebab di atas, sesak napas di malam hari juga bisa disebabkan oleh:

  • Refluks asam lambung (GERD).
  • Edema paru atau penumpukan cairan di paru-paru.
  • Anemia.
  • Penyakit neuromuskular seperti ALS.

Kapan Harus ke Dokter?

Sesak napas di malam hari yang terus terjadi atau makin parah perlu segera diperiksakan ke dokter. Dengan diagnosis yang tepat, kamu bisa mengetahui penyebabnya dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Editor:Bayu Setiawan