Masyarakat yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Keadilan Korban (JSKK) Kanjuruhan ingin 1 Oktober diperingati sebagai Hari Duka Sepakbola. Hal itu disepakati setelah acara doa bersama di Stadion Kanjuruhan, Sabtu malam (16/09/2023).
Nuri Hidayat, salah satu keluarga korban Kanjuruhan, mengatakan kesepakatan itu telah dirundingkan setelah pertemuan rutin keluarga korban tragedi Kanjuruhan sejak bulan Agustus 2023 lalu.
Paman dari almarhum Jova Ferlino ini mengutarakan, kesepakatan itu merupakan keinginan mayoritas keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang pada 1 Oktober 2022. Peristiwa mengerikan itu patut dikenang sebagai peringatan bagi seluruh insan sepakbola.
"Salah satu usulan kami, orang tua korban. Jadi untuk menghargai atau mengingat telah terjadi tragedi itu pada 1 Oktober dan supaya tidak terulang lagi drama seperti tragedi Kanjuruhan," ujar pria asal Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Nuri menyampaikan, tragedi dalam dunia sepakbola yang mengerikan itu hingga saat ini belum sampai pada titik keadilan yang diharapkan oleh para keluarga korban.
"Jadi setelah kami terlibat untuk penyelesaian kasus Kanjuruhan yang sampai sekarang pun belum selesai. Dan kita mohon itu seadil-adilnya. Setelah kami mengetahui perjalanan waktunya, kami keluarga korban mengambil kesimpulan bahwa memang ada skenario dalam peristiwa ini," paparnya melalui panggilan WhatsApp.
Menurut keterangan Nuri, setiap Jumat Kliwon malam Sabtu Legi, keluarga korban selalu mengadakan tahlil dan doa bersama di pintu Gate 13 Stadion Kanjuruhan. Pintu yang menjadi salah satu saksi bisu tewasnya ratusan orang.
Nuri menegaskan pentingnya tanggal 1 Oktober untuk diperingati sebagai hari duka sepakbola nasional agar selalu diingat bahwa pernah ada tragedi akibat kelalaian dalam penyelenggaraan keamanan sepakbola di Indonesia. Keluarga korban juga menginginkan 1 Oktober agar ditiadakan pertandingan sepakbola baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Di situ kami akhirnya bersama keluarga korban berunding bahwa bagaimana kalau kami mengusulkan ke PSSI bahkan kalau bisa ke federasi sepakbola internasional [FIFA] bahwa tanggal 1 Oktober itu supaya nggak ada pertandingan sepakbola. Kami mengingat bahwa 1 Oktober itu hari duka sepakbola kalau bisa internasional supaya jadi pengingat kita." ucap Nuri.
Meski begitu, Nuri menyatakan kalau sampai saat ini masih belum ada langkah untuk menyurati pihak terkait agar 1 Oktober ditetapkan sebagai hari duka sepakbola nasional. Pihaknya mengaku harusnya instansi terkait memiliki kepekaan untuk mengambil langkah tersebut di samping keadilan yang sedang jalan di tempat.
"Cuma itu keinginan kami, masa sih keinginan untuk menentukan hari tragedi sepakbola di Indonesia harus se njelimet itu. Apa nggak peka sih orang-orang PSSI, Pak Jokowi," katanya.
Nuri berharap, setelah ditetapkannya peringatan hari tersebut bisa menjadi pengingat bagi siapapun bahwa telah terjadi tragedi kemanusiaan di tanggal 1 Oktober. Adanya peringatan peristiwa itu juga diharapkan agar para stakeholder lebih berhati-hati dalam menangani permasalah sepakbola di lapangan.
"Harapan kami dengan ditetapkan hari tersebut selalu akan teringat bahwa hari tersebut telah terjadi insiden kemanusiaan di stadion Kanjuruhan dan dengan korban 135+. Dengan adanya [peringatan] insiden kemanusiaan tersebut para stakeholder yang menangani peristiwa sepakbola ini akhirnya mengingat dan lebih berhati-hati kalo menangani terlalu brutal beginilah akibatnya," tandas Nuri.