Peringati Hari Air Sedunia 2023, pelajar Pecinta Alam SMK Negeri 1 Ngasem (PASMEK1NG), lepas ikan lokal/Foto: Bagas Wardana[/caption]Tercatat, ada sekitar 13 jenis penyakit asing yang masuk dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, antara lain Ichthyophtirius multifiliis, Lernaea cyprinacea, White Spot Syndrome Virus (WSSV), Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV), Koi herpesvirus (KHV), dan Taura Syndrome Virus (TSV).Penelitian ECOTON pada tahun 2013 di Sungai Brantas, Jawa Timur, menemukan 85 persen jenis ikan didominasi ikan sapu-sapu dan nila. Ikan-ikan itu mengalahkan spesies endemis, seperti ikan belida, tawas, keting, baung/rengkik, dan jendil.Pada ruas Tulungagung-Kediri, ikan sapu-sapu yang awalnya diintroduksi untuk mengurangi lumut di badan sungai. Akan tetapi, ikan tersebut perkembangannya justru tidak terkendali.Chandra Iman Asrori, pegiat lingkungan Forum Kali Brantas Kediri, menyampaikan kondisi tersebut diperparah dengan keberadaan ikan predator yang sengaja dilepasliarkan ke Sungai Brantas. Oleh karena itu, ia mengajak pemuda-pemudi berkegiatan di alam, dengan harapan dapat menumbuhkan rasa peduli dan rasa memiliki terhadap lingkungan."Selain itu, kami dapat bersama-sama berupaya menjaga kelestarian sungai termasuk biota-biota yang di dalamnya sehingga ekosistim Sungai Brantas dapat pulih sepenuhnya dan dapat dinikmati manfaatnya oleh kita dan anak cucu kita kelak nanti,” kata Chandra.Menurut Chandra, hal ini sangat penting karena selain mengancam keberadaan spesies-spesies endemis atau asli perairan itu, kehadiran spesies invasif juga mengganggu perekonomian masyarakat pemanfaat sumber daya perikanan.Chandra menegaskan, peran pemuda-pemudi sebagai generasi muda perlu memperdalam literatur-literatur mengenai pelestarian ekosistem sungai sekitar. Hal itu supaya manfaat kelestariannya bisa dinikmati cucu suatu saat nanti.Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Lingkungan















