KBRT – Sebanyak 34 bank sampah dari berbagai kecamatan di Kabupaten Trenggalek berkumpul dalam pertemuan rutin Paguyuban Bank Sampah, Minggu (05/10/2025). Acara berlangsung di markas Banksamu (Bank Sampah Pemuda) Desa Kamulan, Kecamatan Durenan.
Pertemuan itu menjadi ajang silaturahmi sekaligus wadah untuk memperkuat gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Para penggerak bank sampah bertekad menebar semangat menjaga lingkungan sekaligus mengembangkan potensi ekonomi dari hasil daur ulang.
“Ya, pertemuan ini sebagai wadah silaturahmi lah, Mas. Supaya saling mengenal dengan pengurus Bank Sampah lain. Selanjutnya untuk memotivasi juga antar penggerak bank sampah supaya terus semangat. Kan kalau bergerak bersama-sama itu kan beda rasanya,” ujar Edy Susanto, Ketua Paguyuban Bank Sampah Trenggalek.
Edy menuturkan, pertemuan kali ini berlangsung di tempat Bank Sampah besutannya bersama pemuda Desa Kamulan yang dinamai Banksamu. Saat ini, kata Edy, sekitar 35 persen dari total 150-an desa di Trenggalek sudah memiliki bank sampah. Keberadaannya ada yang digerakkan oleh pemerintah desa, ada pula yang berdiri secara mandiri oleh masyarakat.
Melalui paguyuban yang dipimpinnya, Edy berharap jumlah bank sampah di Trenggalek terus bertambah dan bisa menjangkau seluruh kecamatan.
“Dari seluruh kecamatan di Trenggalek, yang belum hadir itu Pogalan, Munjungan, Panggul, sama Bendungan kaya ini. Sebetulnya itu kabarnya sudah ada, tapi belum masuk paguyuban sini. Kami juga sudah berusaha terus merangkulnya,” lanjutnya.
Selain mempererat hubungan antaranggota, pertemuan juga diisi dengan diskusi bersama Dinas PKPLH Trenggalek yang menjadi mitra gerakan bank sampah. Dalam diskusi itu, para pengelola membahas berbagai kendala dan harapan terhadap dukungan pemerintah.
Edy menceritakan, salah satu isu yang mencuat dalam diskusi adalah tentang lomba Desa Adipura. Menurutnya, lomba tersebut kerap melibatkan bank sampah, namun setelah penghargaan diberikan, perhatian pemerintah terhadap keberlanjutan kegiatan bank sampah justru berkurang.
“Memang kami kan bergeraknya di bidang lingkungan yang juga mendukung program pemerintah seperti Net Zero Carbon. Teman-teman itu juga berharap mendapatkan perhatian dan peran dari pemerintah dalam kegiatan seperti ini yang kadang malah dirasa masih tidak ada,” katanya.
Lebih lanjut, Edy berharap pengelolaan sampah di Trenggalek ke depan tidak berhenti pada tahap pengumpulan dan penjualan barang mentah, tetapi bisa berkembang hingga ke tahap produksi atau industri daur ulang.
“Kami itu memiliki bayangan ya bisa bikin produk dari sampah ini supaya bisa meningkatkan nilai jual seperti paving block. Karena kami bank sampah induk nanti juga bisa memberi harga beli yang bagus ke bank-bank sampah di desa. Tapi peralatan yang mahal cost-nya, dan juga nilai jual produk yang kadang tidak sebanding masih harus direncanakan benar-benar matang,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Lingkungan
Editor:Zamz