KBRT - Penggilingan padi di Desa Krandegan, Kecamatan Gandusari, Trenggalek, mengalami penurunan pasokan gabah secara drastis akibat gagal panen yang dialami petani. Kondisi ini membuat omzet penggilingan harian menurun tajam.
Istiaroh (57), pemilik penggilingan padi di Krandegan, mengungkapkan bahwa musim panen tahun ini justru membuat jumlah gabah yang digiling semakin sedikit.
“Hari ini cuma 500 kilogram, kalau biasanya 1 ton bahkan sampai 2 ton dalam satu hari,” ujarnya.
Ia menyebut, turunnya hasil panen membuat petani memilih menahan gabah untuk stok konsumsi keluarga. Termasuk dirinya yang juga mengalami penurunan produksi dari sawah pribadi seluas 30 ru.
“Petani yang biasanya jual 100 kilo lebih gabah, kemarin cuma jual 10 kilogram, itupun mungkin karena kebutuhan mendesak,” lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa biasanya sawah miliknya bisa menghasilkan lebih dari dua kuintal gabah, namun kini hanya 33 kilogram yang berhasil dipanen.
Sebagian besar gabah yang digiling di tempatnya berasal dari petani lokal Desa Krandegan. Namun, dalam kondisi normal ia juga membeli gabah dari wilayah lain seperti Karangan dan Rejowinangun.
“Terkadang juga ambil dari Karangan atau Rejowinangun, tapi sekarang juga sama-sama panennya turun,” jelasnya.
Harga gabah pun mengalami kenaikan karena pasokan menipis. Namun, sebagian gabah tidak bisa dibeli karena kualitasnya rusak akibat serangan hama.
“Kalau padi yang terserang hama bisa jadi hasil berasnya murang bagus atau rusak. Tapi saat ini saya belum menggiling padi jenis itu,” terang Istiaroh.
Handoko (33), pegawai Istiaroh yang bertugas membeli gabah dari petani, menyebutkan bahwa harga beli gabah di penggilingan berkisar antara Rp 7.700 hingga Rp 7.900 per kilogram.
Untuk harga beras hasil penggilingan, Handoko menyebut berkisar Rp 11.500 per kilogram untuk kualitas rendah, Rp 11.700 untuk kualitas menengah, dan Rp 12.000 per kilogram untuk kualitas terbaik dengan bulir utuh dan warna cerah.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz