KBRT - Rasa lapar dan haus merupakan bukti fisik seseorang sedang berpuasa. Sejak azan subuh berkumandang hingga azan magrib, harus menahan untuk tidak makan dan minum.
Namun, sesungguhnya bukan hanya makan dan minum yang harus dihindari, ada banyak aktivitas pikiran dan hati yang juga harus dihindari agar keberkahan puasa Ramadan dapat diperoleh.
Seluruh jiwa ikut serta berpuasa, tentu dalam konteksnya masing-masing. Pikiran diberikan waktunya untuk beristirahat, begitu pula hati diberikan kesempatan untuk berpuasa, semuanya adalah bagian tak terpisahkan dari keberhasilan manusia dalam menjalani ibadah puasa.
Ada banyak aktivitas pikiran dan hati yang harus kita jauhi seperti dilansir dari buku Kontemplasi Ramadan karya Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A.
Jauhi Spiritual Scandal
Tantangan yang paling membahayakan kehidupan seorang muslim adalah godaan iblis. Godaan iblis ini semakin menguat kepada orang-orang saleh, dan semakin tinggi peringkat spiritualitas seseorang semakin tinggi pula intensitas godaan iblis kepadanya.
Godaan terhadap orang saleh inilah sering disebut dengan skandal spiritual. Skandal spiritual juga telah menimpa dan menyebabkan jatuhnya sejumlah makhluk dari langit kebahagiaan ke bumi penderitaan.
Fenomena mereka yang mengklaim dirinya sebagai orang kelas atas dalam dunia spiritual akhir-akhir ini turut menjadi perhatian dan perdebatan di kalangan warganet. Sebagiannya memilih-milih sahabat dan menghindari orang-orang yang justru memerlukan perhatian dan kasih sayang serta bimbingan.
Padahal, orang-orang ini dibiarkan tak tersentuh nasihat atau dakwah, sangat mungkin mereka semakin menjauh dengan Tuhan. Di saat bersamaan, kita dengan asyiknya beribadah sendirian karena kehadiran mereka dipandang menyita waktu, tenaga, pikiran, dan materi. Inilah bentuk nyata dari ego spiritual.
Keburukan yang ditimbulkan oleh kesombongan spiritual sama bahayanya dengan kesombongan duniawi yang lebih menekankan kebanggaan individual. Dalam konteks scandal spiritual, bekas sujud bukanlah dengan sengaja menghitamkan dahi di atas kening seperti dilakukan segelintir orang.
Atsar as-sujud ialah komitmen sosial yang tinggi dimiliki seseorang sebagai bagian dari penghayatan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
Hakikat dari ibadah, esungguhnya, menundukkan kepala dan segenap kehormatan kita hanya tertuju kepada Allah SWT (sujud) jauh lebih penting daripada membangun kemegahan, sekalipun itu rumah ibadah (masjid). Untuk apa tempat sujud tanpa orang-orang sujud di dalamnya. Ini artinya, kita masih lebih mengedepankan aspek syi’ar, prestise, scope, daripada penghayatan pendalaman makna, force. Mungkin inilah rahasianya Nabi Muhammad SAW melarang menghiasi dalaman masjid seperti membangun altar gereja.
Bentuk dari spiritual skandal adalah menikmati pujian dari para pengikut dan orang-orang yang mengaguminya. Kita sering menjumpai orang yang kehilangan semangat hanya karena tidak adanya pujian dari orang lan. Ia begitu bangga dengan mereka yang ketika bertemu mencium tangannya.
Semakin banyak yang memujinya semakin mabuk dengan pujian itu. Demi menjaga agar pujian itu terus mengalir, ia pun tak jarang melakukan rekayasa dilakukan sedemikian rupa. Jikalau seseorang merasa bangga dipuji akan kualitas ibadahnya, itu adalah pertanda ia tengah dihinggapi skandal spiritual. Ia memperlakukan amal-amal kebajikannya banyak digunakan untuk mengaktualisasikan diri dengan tujuan membuat orang lain takjub.
Padahal mungkin yang bersangkutan pada saat yang bersamaan meninggalkan aib-aib dan dosa-dosa langganan yang terus menerus dilakukan. Hanya karena keterampilannya menggunakan topeng-topeng kepalsuan maka ia tidak dipermalukan orang lain.
Apabila kita telusuri lebih jauh, salah satu misi agama adalah membangun kesalehan sosial, yakni menciptakan kebaikan dan kemaslahatan di dalam lingkungan masyarakat.
Jauhi Ujaran Kebencian (Hate Speech)
Lisan itu lembut dan lentur. Namun, di balik semua itu, lisan adalah bagian dari tubuh yang sering melakukan kesalahan. Salah satunya adalah menyebarkan ucapan kebencian.
Dalam terminologi keindonesiaan, Hate Speech (HS) diartikan sebagai ungkapan dan syiar kebencian yang dapat memancing kemarahan publik, ditujukan kepada orang perorangan, kelompok, atau lembaga berdasarkan agama, kepercayaan, aliran, etnik, ras, golongan, gender, orientasi seksual, dan hal-hal lain.
Dalam perkembangannya, ujaran kebencian mengalami pelebaran makna. Ketika era media sosial mulai diperkenalkan, kini setiap kita memiliki media mengekspresikan diri lebih bebas.
Sebagian ada yang memanfaatkannya secara positif, dan tak sedikit yang menggunakannya untuk perbuatan buruk, salah satunya untuk menuliskan ujaran kebencian. Jadi, kini kita bisa melihat HS seperti dalam bentuk statement, tulisan, karikatur, dan berbagai isyarat lain yang memompakan semangat kebencian dan antipasti kepada kelompok tertentu.
Ada banyak keburukan yang muncul akibat menyebarnya HS, di antaranya bisa merusak ketenangan dan ketenteraman masyarakat, mengoyak persatuan dan kesatuan sebagai warga bangsa, dan lebih fatal lagi ialah dapat menimbulkan konflik dan perang terbuka. Seandainya HS dan beragam bentuknya tak ditangani secara komprehensif, akan bermuara kepada sebuah masyarakat yang berantakan (social disorder) yang pada gilirannya akan merugikan dunia kemanusiaan.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Zamz