KBRT - Melimpahnya hasil singkong di Kabupaten Trenggalek dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai olahan makanan. Salah satunya dilakukan Siti Kiptinaroh, warga Desa Gador, Kecamatan Durenan, yang mengolah singkong menjadi kerupuk sejak lima tahun terakhir.
Bu Kip, sapaan akrabnya, memilih usaha ini karena harga singkong yang relatif murah dan mudah didapat. Dari 1,5 kuintal singkong, ia bisa menghasilkan rata-rata 40 kilogram kerupuk.
“Kalau singkongnya 1,5 kuintal, nanti rata-rata kalau jadi kerupuk 40 kilo atau lebih,” ungkapnya.
Ia tidak memproduksi kerupuk setiap hari. Pembuatan baru dilakukan setelah kerupuk sebelumnya kering, yang memakan waktu sekitar tiga hari. Harga jual kerupuk singkong saat ini Rp11.500 per kilogram, namun bisa berubah mengikuti harga singkong di pasaran.
“Sekarang kan harganya turun jadi 11.500, kalau harganya naik bisa sampai 13.000 per kilo. Untuk harga stabilnya sebenarnya 12.000,” jelasnya.

Selain kerupuk singkong, Bu Kip juga memproduksi kerupuk lempeng dengan harga yang sama. Untuk pemasaran, ia menjual ke pedagang lokal, dan dalam kondisi ramai bisa menjual hingga 1 kuintal kerupuk singkong.
“Kendala pemasaran sendiri nggak ada yang ngambil, sepi. Kalau kendala membuat, ya ketika hujan. Kalau hujan nggak bisa buat karena nggak ada panas,” ujarnya.
Proses pembuatan kerupuk dimulai dari mengupas dan mencuci singkong, menggiling, kemudian cepet (menghilangkan air dengan alat khusus). Adonan dikukus, dibentuk kotak, lalu didiamkan selama tiga hari sebelum diiris tipis.
“Suka dukanya ya ada. Kalau sukanya lancar, kerupuknya banyak yang kejual jadi seneng. Kalau dukanya, sepi dan kerupuknya nggak kering. Harapannya ya lancar biar bisa buat kerupuk terus,” tuturnya.
Usaha yang dijalankan Bu Kip menjadi salah satu contoh pemanfaatan potensi alam lokal untuk mendukung ekonomi keluarga dan membuka peluang usaha berbasis sumber daya daerah.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz