Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Dampak Musim Hujan, Sampah di Trenggalek Bertambah Berat dan Dikerumuni Lalat

Musim hujan di Kabupaten Trenggalek tidak sekedar berdampak pada bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Sampah di Trenggalek juga terdampak akibat musim hujan yang melanda beberapa hari terakhir ini, Selasa (23/04/2024).Doni Hendrianto, Kepala Unit Pelaksana Teknis Tempat Pembuangan Akhir (UPT TPA) Sampah Trenggalek, mengungkapkan musim hujan berdampak pada berat sampah. Berat yang bertambah itu dikarenakan air hujan yang masuk ke sampah."Yang jelas, sampah kalau di musim hujan, walaupun tidak bertambah [volume], tapi yang jelas bertambah berat, karena mengandung air," ujar Doni saat ditemui Kabar Trenggalek di TPA Srabah, Kecamatan Bendungan.Selain itu, musim hujan menyebabkan peningkatan jumlah lalat di tumpukan sampah. Sehingga, pihak TPA harus menambah pekerjaan penyemprotan cairan pengendali lalat."Efek di musim hujan ini, lalat juga lebih banyak. Jadi biasanya kami melakukan penyemprotan di bak sampah secara periodik, seminggu sekali, tapi kalau pas hujan bisa kami laksanakan seminggu dua kali," ucap Doni.Berat sampah yang bertambah itu diketahui setiap pagi hari, saat melakukan penimbangan setiap paginy truk sampah di TPA Srabah. Sampah-sampah yang datang di TPA Srabah berasal dari sekuruh kecamatan di Trenggalek, kecuali Munjungan, Watulimo, dan Panggul."Sampah yang diterima di sini dari Trenggalek, Pogalan, Tugu, Karangan, Durenan, Gandusari, hampir ada 8 kecamatan. Kalau yang di Kecamatan Munjungan itu di TPA Bengkorok, Kecamatan Watulimo. Kalau Panggul di TPA Panggul," jelas Doni.Saat musim hujan, aktivitas mengelola sampah di TPA Srabah dihentikan. Sementara itu, jumlah sampah semakin meningkat dikarenakan aktivitas masyarakat di Hari Raya Idul Fitri. Sampah setelah lebaran itu terus bertambah hingga hari ini."Kalau volume sampah lebih ke hari raya. Kalau ambil secara rata-rata, ada kenaikan 10% daripada hari-hari biasa. Kalau hari biasa mungkin sekitar 45 ton, dapat kenaikan 5 ton, jadi sekitar 50 ton sampai sekarang," papar Doni.Doni berharap, masyarakat Trenggalek bisa mengubah perilaku untuk meminimalisir sampah plastik, karena sampah plastik lebih susah teurai. Masyarakat juga bisa mengelola sampah organik dengan membuat joglangan."Sampah plastik yang botol dan sebagainya dikumpulkan sendiri, nanti itu bisa kita jual ke tukang rosok. Jadi enggak harus yang semua jenis sampah ke sini. Kalau yang organik kan bisa di rumah nanti jadi pupuk," tandas Doni.