KBRT - Hampir sepekan terakhir, Kabupaten Trenggalek mengalami cuaca tidak menentu. Siang hari terasa lebih panas, sementara hujan sering turun tiba-tiba pada sore atau malam hari. Meski demikian, menurut penanggalan tradisional Jawa atau Pranatamangsa, kondisi tersebut masih tergolong masa peralihan menuju musim penghujan.
Hernawan Widyatmiko, pegiat penanggalan tradisional Jawa asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, menjelaskan bahwa saat ini Pranatamangsa telah memasuki Mangsa Kalima (V) atau dikenal dengan istilah Pancuran Muncar, yang menandai awal turunnya hujan meski belum deras.
“Di Pranatamangsa, sekarang sudah memasuki Mangsa Kalima (V) yang sering disebut Pancuran Muncar, berarti mulai ada hujan walau belum deras. Musim hujan yang sebenarnya adalah 35 hari setelah (selapan dina) kulminasi maksimum matahari, yaitu di pertengahan bulan November, sekitar tanggal 15,” ujar Hernawan.
Ia menambahkan, hal itu juga diperkuat oleh penandaan wuku atau siklus mingguan dalam Pranatamangsa yang saat ini menunjukkan Wuku Warigalit. Berdasarkan catatan tradisional, Wuku Warigalit tidak berkarakter basah atau penghujan.
Lebih lanjut, Hernawan mengakui musim hujan tahun ini sedikit maju dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, kondisi tersebut justru dinilai positif karena menunjukkan bahwa siklus iklim mulai kembali normal.
“Dengan normalnya perubahan iklim ini, musim hujan relatif tepat waktu. Ini momen yang tepat bagi petani untuk melakukan re-managerial sistem usaha tani berbasis iklim,” katanya.
Menurutnya, jika sistem usaha tani direncanakan dengan baik, hasilnya akan berpengaruh pada keberhasilan budidaya di masa berikutnya.
“Dari sisi ketersediaan air, kali ini berpengaruh baik untuk pertumbuhan padi. Namun, perubahan kelembapan dan suhu udara saat pergantian musim juga bisa memicu serangan hama dan penyakit tanaman,” jelas Hernawan.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz











