Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Cuaca Panas dan Hujan Tak Menentu, Trenggalek Masuki Masa Peralihan Musim

Pranatamangsa memprediksi musim hujan di Trenggalek baru benar-benar dimulai pertengahan November 2025, meski hujan ringan sudah turun sejak Oktober.

  • 24 Oct 2025 12:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Pranatamangsa sebut musim hujan di Trenggalek baru dimulai pertengahan November.
    • Cuaca tak menentu akhir Oktober masih tergolong masa peralihan.
    • Petani diimbau siapkan strategi tanam agar terhindar dari risiko hama.

    KBRT - Hampir sepekan terakhir, Kabupaten Trenggalek mengalami cuaca tidak menentu. Siang hari terasa lebih panas, sementara hujan sering turun tiba-tiba pada sore atau malam hari. Meski demikian, menurut penanggalan tradisional Jawa atau Pranatamangsa, kondisi tersebut masih tergolong masa peralihan menuju musim penghujan.

    Hernawan Widyatmiko, pegiat penanggalan tradisional Jawa asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, menjelaskan bahwa saat ini Pranatamangsa telah memasuki Mangsa Kalima (V) atau dikenal dengan istilah Pancuran Muncar, yang menandai awal turunnya hujan meski belum deras.

    “Di Pranatamangsa, sekarang sudah memasuki Mangsa Kalima (V) yang sering disebut Pancuran Muncar, berarti mulai ada hujan walau belum deras. Musim hujan yang sebenarnya adalah 35 hari setelah (selapan dina) kulminasi maksimum matahari, yaitu di pertengahan bulan November, sekitar tanggal 15,” ujar Hernawan.

    Ia menambahkan, hal itu juga diperkuat oleh penandaan wuku atau siklus mingguan dalam Pranatamangsa yang saat ini menunjukkan Wuku Warigalit. Berdasarkan catatan tradisional, Wuku Warigalit tidak berkarakter basah atau penghujan.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Lebih lanjut, Hernawan mengakui musim hujan tahun ini sedikit maju dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, kondisi tersebut justru dinilai positif karena menunjukkan bahwa siklus iklim mulai kembali normal.

    “Dengan normalnya perubahan iklim ini, musim hujan relatif tepat waktu. Ini momen yang tepat bagi petani untuk melakukan re-managerial sistem usaha tani berbasis iklim,” katanya.

    Menurutnya, jika sistem usaha tani direncanakan dengan baik, hasilnya akan berpengaruh pada keberhasilan budidaya di masa berikutnya.

    “Dari sisi ketersediaan air, kali ini berpengaruh baik untuk pertumbuhan padi. Namun, perubahan kelembapan dan suhu udara saat pergantian musim juga bisa memicu serangan hama dan penyakit tanaman,” jelas Hernawan.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Zamz