Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cerita Penjual Gorengan Trenggalek, Konsisten Harga Sama Sejak 2012

Jumat, 24 November 2023, siang. Matahari tidak terlalu terik seperti biasanya. Udara terasa segar dan menyejukkan. Saat itu, saya mencari gorengan untuk makan siang. Menelusuri perjalanan di daerah yang dekat dengan kantor.Mengingat sudah sekitar 1 bulan di Trenggalek, membuat saya menjadi pemburu wisata kuliner yang murah dan pas di kantong sebagai seorang mahasiswa. Sebab saya di Trenggalek sedang menjalankan program magang dari salah satu kampus swasta di Ponorogo.Saat menelusuri perjalanan di dekat pusat kota, tampak lapak pedagang kaki lima penjual gorengan Trenggalek. Lapak penjual gorengan tersebut selalu mudah untuk ditemui. Penjual gorengan di Kota Alen-Alen ini banyak yang khusus menjual gorengan saja. Berbeda dengan Kota Ponorogo.Di Ponorogo, gorengan dijual di warung nasi yang menjual beragam sayur dan lauk. Hampir 3 tahun menjadi mahasiswa di Ponorogo, saya sangat jarang menemui lapak khusus menjual gorengan.Hal tersebut muncul rasa penasaran saya. Lalu, saya menemui salah satu penjual gorengan di Jl. Ahmad Yani No. 64 Surodakan. Ia adalah Yani (37), pria asal Malang yang memulai usaha menjual gorengan sejak tahun 2012.

Perjalanan Yani Membuka Usaha Menjual Gorengan

Pada awalnya, Yani bekerja di Sidoarjo sebagai penjual gorengan juga. Ia mengaku mendapatkan pengalaman dari bekerja selama 4 tahun. Resep membuat gorengan yang enak ia dapatkan. Hingga hari ini, resep itu masih ia gunakan untuk menjual gorengannya.Kedatangan pertamanya di Kota Trenggalek karena Yani menikah dengan perempuan asal Trenggalek. Kemudian ia memutuskan untuk membuka usaha jualan gorengan di Kota Trenggalek.Setelah sampai di Kota Trenggalek, Yani melakukan observasi pribadi. Menurutnya, pada tahun 2012 tak ada orang yang menjual gorengan saat pagi hingga siang hari. Ia hanya menemui penjual gorengan saat malam hari saja."Waktu langsung pindah sini, saya lihat-lihat dari pagi kan nggak ada gorengan sama sekali. Pun belum ada kalau siang. Adanya kan cuma gorengan malam," Ujar Yani pada Kabar Trenggalek.Selain itu, di Trenggalek tahun 2012, belum ada orang yang menjual gorengan yang hangat di pagi hari. Saat pagi, hanya ada orang yang berjualan roti. Kebanyakan yang jualan gorengan malam hari itu dalam kondisi dingin."Belum ada sama sekali, aku lihat dari pagi enggak ada sama sekali yang hangat-hangat, cuma adanya yang dingin-dingin" ucap pria berusia 37 tahun itu.Akhirnya, Yani mencoba membuka usahanya menjual gorengan. Dalam kurun waktu sekitar 4 bulan, ia mengaku senang karena usahanya mampu berjalan hingga 2023 ini. Awal mula, Yani menjual dengan harga satu gorengan yaitu Rp500 perak. Hingga hari ini, ia masih menjual gorengannya seharga Rp500 perak.Dari segi cita rasa, Yani selalu berupaya mempertahankan gorengannya yang masih fresh. Dengan Rp500 perak, tentunya kebanyakan orang menilai itu harga gorengan yang sangat murah dan pas di kantong."Menurut pengalaman saya, cuma ngatur apinya saja. Nanti kalau apinya besar pasti lembek. Ndak bisa. Dan kalau rasanya jangan sampai berubah" ungkapnya memberi informasi.Pria asal Malang itu tetap mempertahankan harga gorengannya. Disajikan fresh dan renyah. Hal itu konsisten dilakukan supaya usahanya tetap jalan terus.Pengalaman jualan gorengan dengan harga murah dan cita rasa fresh sejak 2012 tentu mempunyai tantangan tersendiri. Yani pernah mendapatkan tudingan berupa stigma-stigma negatif.Menghadapi tudingan itu, Yani mendaftarkan usaha gorengannya ke Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal. Usahanya telah ter-Sertifikasi Halal dan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi Rumah Makan. Ia juga telaten dalam mengurus Sertifikat Halal.Yani memiliki prinsip bisnis untuk menaikkan harga gorengannya. Hasil sedikit tidak apa-apa, asal usaha gorengannya tetap berjalan terus. Baginya, keputusan mempertahankan harga itu lebih baik daripada hasil banyak tetapi usahanya bertahan 1 sampai 2 bulan saja. Ia juga ikhlas dalam menjalani usahanya."Yang penting jualan, tetapi seperti biasanya. Kalau soal itu yang tau ya Yang Kuasa," tegas Yani.Ke depannya, Yani akan kembali ke Malang untuk melanjutkan bisnisnya di sana.