Tampilan Risak Zine Vol. 2 Memorial Memori/Foto: Dadang Prasetya (Risak Zine)[/caption]Tak puas dengan satu edisi, Dadang bersama kawan-kawannya kembali menerbitkan Risak Zine Volume 2 di bulan September 2023. Ia menggunakan judul, Memorial Memori. Di edisi kedua, Dadang menawarkan konsep unfinished tragedy (tragedi yang belum selesai). Kali ini ia menambah dua personil lain untuk menjadi kontributor tulisan.Uniknya, di setiap zine yang terbit, ia selalu menyisipkan satu halaman rekomendasi lagu di halaman belakang. Sebuah barcode yang akan mengantar pembaca menuju Spotify untuk mendengarkan lagu-lagu rekomendasi ketika membaca Risak Zine.Dadang dulunya berpikir bahwa zine selalu identik dengan ulasan-ulasan musik bawah tanah atau kritik-kritik sosial. Menurutnya, zine tak melulu membahas seluk beluk sosial yang berat. Tetapi lebih menjadi sebuah wadah alternatif bagi siapa pun yang memiliki karya."Lebih sebagai media, sih. Kayak kamu mau nerbitin sesuatu gak ada medianya, gak ada yang nampung, mau dikirim ke media umum masih terlalu subjektif banget, ya udah bikin zine aja," tegasnya.Mendapat Apresiasi
Mendekati pertengahan September 2023, Dadang dan kawan-kawannya tengah sibuk bersiap merilis Risak Zine Volume 2. Saat itu, Dadang yang kebetulan juga tergabung di sebuah kolektif seni Gulung Tukar, ditawari oleh salah kawannya untuk membuat acara rilisan zine terbarunya."Release party, yuk!" Dadang menirukan tawaran kawannya di kolektif Gulung Tukar.Ia begitu senang mendapat tawaran itu. Tetapi ia harus berkomunikasi dengan kawan-kawan kontributor lainnya. Tawaran itu segera ia lempar ke kawan-kawan kontributor Risak Zine lain.Melewati berbagai perdebatan, ia pun memikirkan ide lain untuk merilis zine keduanya. Akhirnya, Dadang kembali menawarkan ide untuk memamerkan karya zine nya di Gutuhaus, warung milik kolektif Gulung Tukar di Boyolangu, Tulungagung. Ide itu disambut baik oleh kawan-kawan kontributor Risak Zine lainnya. Risak Zine Volume 2 dipamerkan di Gutuhaus pada 10 - 13 September 2023.Mereka memajang zine dengan tampilan minimalis dan estetis. Satu meja persegi, beberapa kursi untuk para pembaca, ditambah dekorasi vas bunga. Selain memajang bentuk fisik, ia juga menambahkan scan barcode agar pengunjung bisa mengakses dalam bentuk digital.[caption id="attachment_43738" align=aligncenter width=1280]
Display pameran Risak Zine di Gutuhaus Tulungagung/Foto: Dadang Prasetya (Risak Zine)[/caption]Di hari terakhir Risak Zine memamerkan karya-karya kreatif kontributornya, Dadang dikejutkan dengan kehadiran Song Yi, seorang kurator dari Guangzhou, Tiongkok. Saat itu, Song Yi sedang mampir ke kediaman seorang seniman Tulungagung, Pak Mul. Pak Mul kemudian mengajak sang kurator untuk singgah sejenak di Gutuhaus.Song Yi melirik pameran zine yang dipajang di sudut Gutuhaus itu. Seketika pemilik warung memanggil Dadang untuk menjelaskan zine miliknya. Dadang saat itu berbincang-bincang dengan temannya seketika mendekat dengan perasaan kaget. Song Yi tertarik dengan zine miliknya."Dia melirik, 'What is that?' " tirunya menggunakan bahasa Inggris.Dadang tak cukup pandai menjelaskan dengan bahasa Inggris. Ia dibantu oleh kawan dari Gulung Tukar untuk menjelaskan zine miliknya. Setelah ia berbincang-bincang, ia pun membawakan sebuah zine dan beberapa stiker untuk oleh-oleh."Dia kukasih stiker, ada beberapa banyak. Katanya mau ditempelkan di beberapa jalan di China. Sekalian aja deh bawa zine nya. Katanya sih, dia punya mini musium mau diarsipkan di sana. Arsip pribadi gitu," ujarnya.Setelah foto bersama, Dadang segera mengirimkan fotonya kepada teman-teman kontributor lain. Perasaan senang dan tak menyangka itu juga dirasakan teman-teman kontributor.Dadang mengungkapkan, pameran zine yang ia adakan ini bukan kali pertamanya. Saat Risak Zine Volume 1 lalu rilis, ia juga mengirim zinenya ke sebuah acara Bunga Zine Fest di Jakarta bulan Juli 2023. Risak Zine pun lolos kurasi dan tampil di pameran itu bersama 50 pegiat zine lain dari berbagai daerah.Dadang berharap agar semua orang tahu bahwa karya itu bisa diterbitkan secara mandiri. Tak perlu bergantung pada penerbitan umum. Bahkan di kota-kota lain, para pegiat zine biasa saling mengapresiasi karya melalui acara festival zine dan sebagainya."Mungkin harapanku buat temen-temen yang minder dengan karyanya semoga dicerahkan dengan adanya medium zine ini. Juga mereka harus tahu, menerbitkan karya itu bisa mandiri loh. Toh juga kalau kita liat di luar kota itu malah banyak yang apresiasi sebenernya," tandas Dadang.Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Feature















