Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cerita Elsy Fadhila, Perias Wajah Trenggalek: Ditinggal Lari Pelanggan Duit Amblas

Bangun di saat kebanyakan manusia terlelap merupakan sebuah tantangan dan tak semua orang bisa menjalaninya terus-menerus. Namun, bagi Elsy Fadhila Putri, hal itu sudah ia jalani sejak enam tahun lalu, sekitar 2017. Saat ia memantapkan diri membangun usaha make up.Sebagai perempuan Trenggalek, kisah Elsy dalam menjadi perias wajah ini cukup menginspirasi. Sebab, ia mulai membangun usaha mandiri saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia harus menyoretkan tinta dalam buku sekolahnya, di satu sisi ia harus membagi waktu untuk merias wajah para kliennya.Dengan bermodalkan hobi, tekad, dan semangat ia terus membangun usahanya. Kendati, modal hobi saja bagi Elsy tidaklah cukup untuk membangun usaha make up. Ia harus mengikuti kursus dan alat make up sendiri sebagai batu loncatan."Awalnya dulu [modal] dari orang tua, dikursusin habis itu dari hasil kursus itu aku kerja. Habis aku kerja aku dapat uang untuk aku putar kembali," ujar Elsy kala ditemui penulis.Selama mengikuti kursus, ia harus membayar sekitar dua juta rupiah. Sementara, untuk alat make up satu set ia mengeluarkan uang dua juta rupiah. Total empat juta rupiah modal awal sebagai tonggak usaha make up-nya itu.Suka duka telah ia rasakan selama membangun usaha make up. Sukanya karena berawal dari hobi sendiri. Sehingga apapun yang terjadi tetap bisa dibawa enjoy."[Kalau gak enaknya] jam kerja yang tidak menentu. Kayak misalnya saya harus bangun subuh, bangun ketika yang lain masih tidur sudah berangkat kerja. Terus pulang juga pasti malam. Ya udah itu sih," ujar perempuan asal RT 16 RW 08, Desa Karangan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek itu.Tak hanya itu, selama membangun usahanya ada beberapa kali ia tak mendapatkan bayaran. Sebab kliennya tidak melunasi pembayaran."Iya mengalami ada klien yang lari, sekarang mengalami. Mungkin sudah tiga sampai empat kali. Udah bayar DP tapi ketika selesai acara lari. Kalau sudah beberapa kali dihubungi gak bisa ya udah, ikhlasin saja," terang Elsy.[caption id="attachment_42504" align=alignnone width=1311] Potret Elsy saat menjadi model/Foto: Elsy for Kabar Trenggalek[/caption]Elsy mengingat betul bagaimana saat mendapat klien pertama. Saat duduk dibangku SMA kelas 1, ada kakak kelasnya yang menggunakan jasa make-upnya. Kakak kelasnya Elsy itu merias wajah untuk pengambilan foto album sekolah.Hingga akhirnya ada yang suka dan menggunakan jasanya lagi untuk merias wajah kala pernikahan."Aku promosinya dari Instagram, juga lebih mulut ke mulut pelanggan gitu. Iya termasuk membangun jejaring sesama make-up artist," ungkap Elsy.Seiring berjalannya waktu, tangan lentik Elsy kian lincah kala merias wajah. Hingga usaha make-up yang ia namai "Elsy Make-Up Art" itu kian melambung dan dikenal banyak orang.Kerja kerasnya itu kini membuahkan hasil. Saat sedang musim ramai orang menikah, omset yang Elsy dapatkan mencapai seratus juta dalam sebulan. Namun, saat sepi orang menikah omset yang ia terima kisaran 40 hingga 50 juta rupiah."Alhamdulillah sekarang bisa membuka kursus sendiri. Bisa buka pelatihan privat sendiri. Saya bikin sertifikat juga," ungkapnya.Elsy tak cukup hanya dengan bekerja dan mengandalkan pengalaman. Ia terus meningkatkan kapasitasnya mengembangkan usaha dengan kuliah di salah satu kampus di Malang.Meski Elsy mengakui, dengan kuliah dan di satu sisi ia juga bekerja cukup menyita waktu dan tenaga."Aku kuliah juga, sekarang di UT Malang jurusan manajemen. Kalau manajemen lebih memanage, jadi cukup membantu juga aku dalam membangun bisnis. Salah satunya gitu. Ini semester lima," ungkap Elsy. 

Berjejaring dan Saling Menguatkan

[caption id="attachment_42503" align=alignnone width=720] Foto Elsy saat mengikuti sebuah event busana/Foto: Document Elsy for Kabar Trenggalek[/caption]Elsy mengamini, kesuksesannya membangun usaha make-up ini selain dari kerja kerasnya, juga buah manis dari berjejaring dan membangun kerjasama antar vendor.Seperti kerja sama antar make-up artis di Trenggalek dan sekitarnya, berkolaborasi dengan fotografer, penyewa baju, dan penyewa dekorasi.Elsy mengungkapkan banyak manfaat yang didapatkan dengan berjejaring. Yakni sesama pekerja "Sor Terop" bisa saling bekerja sama dan menguatkan satu sama lain. Sebab, usaha make-up dengan klien utamanya pengantin pernikahan itu tak setiap bulan ramai. Ada pasang surut."Aku sering kolaborasi sama fotografer, dekorasi, lebih ke henna juga, henna tangan itu. Juga terop dan lain-lain. Lebih bikin paket. Memudahkan customer itu aku membuat paket," ungkap perempuan usia 23 tahun itu.Menurut Elsy selain memudahkan sesama pekerja "Sor Terop", kolaborasi ini juga memudahkan klien."Jadi lebih memudahkan customer kalau mereka mau memilih daripada mereka harus bingung ke banyak vendor lebih baik lewat satu pintu," ujarnya.Kini, Elsy sudah memiliki salon di rumahnya. Selain make up, ia juga menawarkan jasa penyewaan busana kebaya. Ia belum merambah ke usaha lain, sebab Elsy masih ingin fokus pada satu usaha dulu.Elsy berharap, usaha yang ia jalani kian dikenal orang dan klien puas dengan jasa yang diberikan. Selain itu, ada harapan agar semangatnya membangun usaha juga tertular ke anak muda Trenggalek lainnya. "Kalau pesanku untuk sesama anak muda jangan patah semangat ya, apapun yang terjadi misal usaha itu naik turun," tandasnya.