Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Cerita Aditya Pemuda Trenggalek: Produksi Ikan Asap demi Dekat dengan Keluarga

  • 20 Jul 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Asap tipis mengepul dari tungku sederhana buatan Muhammad Aditya (28), pemuda asal Dusun Alas Malang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Beberapa tahun lalu, Aditya masih bergelut dengan suara mesin dan asap kendaraan tambang. Kini, aroma gurih ikan lele dan kepala patin menemaninya tiap hari setelah memutuskan pulang kampung dan memproduksi ikan asap.

    “Di tahun 2020 ayah saya sudah berjualan ikan asap. Tapi tidak memproduksi sendiri. Setelah saya hitung-hitung dan ketemu kalau punya produksi sendiri lebih menguntungkan, saya meneruskan usaha ayah tapi dengan sistem yang berbeda,” ujar Adi sambil menyiapkan ikan lele untuk diasap.

    Adi menceritakan, saat bekerja sebagai mekanik tambang, kesulitan terberat adalah jauh dari keluarga dan hanya bisa pulang setahun sekali. Kini, meski sibuk dengan usaha ikan asap, ia merasa lebih tenang karena selalu dekat dengan orang-orang terdekatnya.

    “Biasanya mulai mengasap ikan itu dari jam 10.00 WIB, sampai setelah waktu Isya baru selesai. Lalu di jam 02.00 pagi saya harus bangun awal untuk menjual ikan ini di Pasar Subuh Trenggalek,” ungkapnya.

    Dalam menjalankan usahanya, Adi tak sendiri. Ia dibantu adiknya, Muhammad Edo, yang masih kuliah. Mereka juga menggandeng sejumlah ibu-ibu setempat yang membersihkan kepala patin dan menyiapkan daging fillet untuk diasap. Bau amis dan panasnya tungku sudah jadi makanan sehari-hari.

    “Sehari itu bisa habis sekitar 25 kilogram lele. Kalau untuk kepala patin bisa sampai 75 kilogram. Sedangkan daging patin biasanya habis sekitar 20 kilo,” jelasnya.

    Harga ikan asap produksi Adi cukup terjangkau. Ikan lele ukuran kecil dijual Rp2.500 per ekor, sementara ukuran besar berkisar antara Rp3.500 sampai Rp4.000. Ia berjualan di Pasar Subuh Trenggalek dari pukul 02.00 dini hari hingga matahari terbit.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Sepulang dari pasar biasanya saya lanjut tidur untuk beristirahat. Lalu di jam 09.00 saya kembali bangun untuk mengasap ikan lagi,” katanya.

    Adi membangun tungku pengasapan berukuran kecil yang hanya mampu memuat sekitar 100 ekor lele. Rencananya, ia akan mengembangkan tungku berbentuk rak agar bisa menampung lebih banyak ikan dan efisien dalam waktu.

    Menurut Adi, ikan air tawar seperti lele dan kepala patin dipilih karena peluang pasarnya masih besar dan lebih terjangkau dibandingkan ikan laut yang butuh modal besar. Meski lebih lama matang, hasilnya lebih menguntungkan.

    “Dibanding ikan laut, ikan tawar itu matangnya lebih lama kalau diasap. Tungku yang hanya muat 100-an ekor ikan lele ini rencana mau saya ubah menjadi seperti bentuk rak yang akan efektif karena bisa mengasap ikan dengan jumlah berkali-kali lipat,” terangnya.

    Untuk bahan bakar, ia menggunakan sabut kelapa karena menghasilkan asap yang lebih awet. Dalam tiga hari, ia bisa menghabiskan satu pikap sabut kelapa. Dengan padatnya aktivitas, ia sesekali memilih libur satu atau dua hari dalam seminggu.

    “Kalau di tambang bisa satu tahun atau lebih baru bisa pulang, produksi ikan asap sehari semalam sibuk terus tapi bisa kumpul keluarga terus. Semua memang ada suka dukanya masing-masing,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita