Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Buah Kenitu Kian Langka, Pedagang Lokal Trenggalek Pasarkan Secara Grosir

Buah kenitu di Gandusari, Trenggalek, makin sulit ditemukan. Sekali panen setahun, pohon kenitu bisa hasilkan hingga satu kwintal buah manis lembut berkulit tebal.

  • 16 Sep 2025 12:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Buah kenitu di Gandusari hanya panen sekali setahun.
    • Satu pohon bisa hasilkan hingga satu kwintal buah.
    • Pasar kenitu belum jelas, sehingga petani enggan serius menanam.

    KBRT – Buah kenitu atau sawo jawa (Chrysophyllum cainito) kian jarang dijumpai, bahkan di pasar tradisional sekalipun. Buah bercita rasa manis dengan daging putih lembut ini memiliki ciri khas kulit tebal berwarna hijau hingga cokelat mengilap.

    Mislani (35), warga Dusun Nglancor, Desa Gandusari, menyebut banyak orang yang membeli kenitu karena ingin bernostalgia dengan masa kecil mereka.

    “Yang beli kenitu kemari ada lah yang bercerita kalau pernah makan buah ini waktu masih kecil, dan sulit menemukannya sekarang,” ujar Mislani saat ditemui saat memanen kenitu.

    Menurutnya, pohon kenitu hanya berbuah sekali dalam setahun, biasanya pada musim kemarau sekitar bulan Oktober. Ia memanen buah dari satu-satunya pohon kenitu yang masih tersisa di lingkungannya, milik bibinya.

    “Satu kali musim panen, satu pohon kenitu ini bisa menghasilkan 1 kwintal lebih buah tergantung cerahnya cuaca,” katanya.

    Mislani tak menyangka, dari saran istrinya yang mempromosikan kenitu lewat media sosial, kini ia mendapat pekerjaan musiman memanen buah tersebut setiap tahun.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Pembeli datang langsung ke rumahnya, sebagian membeli secara grosir. “Satu kilogram dari saya Rp 5.000, itu kalau eceran. Tapi kalau belinya grosir tentu ada pengurangan harga, seperti pembeli asal Munjungan itu biasanya sekali beli 40 kilogram,” jelasnya.

    Dengan galah berkeranjang di ujungnya, Mislani memetik kenitu dari pohon setinggi 7–8 meter. Buah kemudian diturunkan menggunakan karung yang dikatrol agar lebih mudah.

    “Dulu ceritanya kalau anak-anak kecil suka mengambil buah-buahan seperti ini, terlebih yang buahnya rendah. Tapi anak sekarang sudah tidak kenal beginian,” katanya.

    Menurut Mislani, pohon kenitu dapat mulai berbuah di usia 3–5 tahun dan tidak memerlukan perawatan khusus. Kendalanya justru ada pada ketidakpastian pasar karena buah ini kurang populer, terutama di kalangan generasi muda.

    Sebagai pedagang buah lokal, ia terbiasa memasarkan buah lain seperti durian dan manggis dari Prigi atau Kampak hingga ke luar daerah. Namun, ia mengaku belum pernah menjumpai kenitu diperjualbelikan di pasar besar.

    “Kalau sekarang belum ada niatan untuk serius bertani kenitu, karena pemasarannya belum jelas. Tapi tidak tahu kalau ke depannya kenitu bakal laris atau menjadi trending,” ujar Mislani.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    SABGamehouse