Sinopsis Film Mbecek
Aqma mencoba mengangkat tradisi mbecek ke dalam film pendek fiksi bergenre komedi. Bagi masyarakat Jawa, mbecek atau becek'an diketahui sebagai tradisi menyumbangkan uang atau barang di hajatan pernikahan orang lain. Adapun bagi keluarga mempelai, terdapat tradisi tonjok'an yakni memberikan makanan (biasanya nasi campur beserta lauk pauk) kepada saudara dan para tetangga.Sinopsis film Mbecek menceritakan Wanto, pemuda yang menginjak dewasa (23 tahun), ramai menggelar pernikahan di daerahnya. Wanto kebingungan karena ini pertama kali ia menerima undangan dari teman-temannya, terutama teman perempuan. Begitu juga orang tua Wanto yang mengeluh akan banyaknya makanan tonjok'an.Wanto mulai menceritakan tentang apa yang dialaminya kepada pak Adhe, teman lebih tua dari Wanto. Saat ronda malam hari, pak Adhe memberikan solusi kepada Wanto.la menelan mentah-mentah solusi dari pak Adhe dan berjalanlah solusi tersebut dengan aksi nekat Wanto menjual kambing miliknya untuk mbecek, berharap becek tersebut kembali berkali lipat saat ia melangsungkan pernikahan suatu saat nanti.Beberapa tahun berlalu, ternyata hal yang diharapkan Wanto saat ia menikah tidak sesuai prediksi. Ia yang awalnya berharap untung akan tetapi ia rugi besar. Wanto akhirnya kembali menjual seluruh kambingnya untuk menutup kerugian tersebut.Latar Belakang Film Mbecek
Aqma selaku sutradara film menerangkan bahwa film "Mbecek" bermula dari obrolan keresahan di lingkungan desa."Waktu itu saya singkat cerita ada pos ronda sama temen-temen karang taruna, sama bapak-bapak di desa. Nah pada saat itu mereka itu konsen di mbecek," terang Aqma.Keresahan ini terjadi saat banyaknya undangan pernikahan yang kemudian secara tradisi orang yang diundang diharuskan untuk menyumbang di tiap hajatan pernikahan. Dari keresahan ini, Aqma akhirnya tertarik untuk merekam pembicaraan yang akhirnya menjadi ide untuk film.Dalam film "Mbecek", Aqma selaku sutradara mencoba mengangkat tradisi tersebut melalui dua perspektif. Aqma memandang, secara positif tradisi mbecek merupakan bentuk budaya gotong royong yang ada di desa. Namun, dapat muncul keresahan apabila tradisi mbecek dilakukan secara berlebihan atau dimanfaatkan untuk ajang pamrih."Mbecek itu kompleks banget gitu lho di orang-orang desa. Apalagi bersangkutannya dengan uang ya gitu. Dan ada yang namanya 'catatan sakral' kalau di film 'Mbecek', dan itu ternyata ada [di masyarakat]," tambahnya.Untuk saat ini, film "Mbecek" ditayangkan di ajang-ajang festival film. Aqma memberikan informasi bahwa komunitas Paringart Cinema akan menjalani roadshow di berbagai festival film yang diumumkan melalui akun media sosial Paringart Cinema.Kabar Trenggalek - Nasional