KBRT – Sejumlah petani di Kabupaten Trenggalek mulai merasa was-was melihat minimnya minat anak muda untuk meneruskan pekerjaan bertani. Di tengah usia yang kian menua, para petani khawatir lahan pertanian kelak akan ditinggalkan tanpa penerus.
Suyanto (63), petani asal RT 24 RW 8 Desa Gembleb, mengaku gelisah melihat anak semata wayangnya yang kini berusia 21 tahun masih enggan ikut membantu di sawah.
“Susah banget kalau diajak ke sawah, sukanya kalau sudah main HP tidak mau keluar kamar,” ungkap Suyanto saat ditemui Kabar Trenggalek di sawahnya.
Meski anaknya saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu kampus di Trenggalek, Suyanto tetap berharap sang anak memiliki pengetahuan dasar soal pertanian. Ia khawatir jika suatu saat anaknya menikah dengan keluarga petani tapi tidak bisa mengelola sawah.
“Saya dulu mulai dari SD, selepas sekolah kalau panen sudah cari buruhan panen padi bareng teman, beda dengan sekarang,” tambahnya.
Hal serupa juga dirasakan Muladi (53), petani asal Dusun Sidomulyo, Kelurahan Sumbergedong. Ia heran melihat anak muda zaman sekarang yang jarang terlihat di sawah, bahkan sekadar membantu saat panen.
“Dulu waktu muda saya juga merantau, baru umur 30-an aktif bertani. Tapi dulu anak muda masih sering kelihatan di sawah,” katanya.
Minimnya regenerasi petani di Trenggalek dibenarkan Plt Kepala Dinas Pertanian Trenggalek, Imam Nurhadi. Ia mengungkapkan bahwa jumlah petani muda di kabupaten ini sangat rendah.
“Jumlah tepatnya saya kurang tahu, intinya dari total seluruh petani Kabupaten, petani muda hanya sekitar 1 persennya,” ujar Imam saat dihubungi via telepon.
Imam menjelaskan, regenerasi petani menjadi hal krusial, terlebih menghadapi peningkatan jumlah penduduk dunia yang berdampak langsung pada permintaan pangan. Ia mengutip data WHO yang menyebutkan populasi dunia akan mencapai 9,6 miliar jiwa pada 2030, naik dari 8,2 miliar jiwa saat ini.
“Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan akan ikut meningkat. Maka penting bagi generasi muda untuk mulai tertarik di dunia pertanian,” jelasnya.
Sebagai upaya menarik minat pemuda, Dinas Pertanian Trenggalek telah menjalankan berbagai program, salah satunya adalah pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) oleh kalangan muda dan pengenalan pertanian modern di sekolah-sekolah.
“Alsintan kami usahakan untuk selalu dioperasikan anak muda. Di sekolah-sekolah juga sudah dikenalkan pertanian modern. Diharapkan anak muda dapat tertarik masuk dunia pertanian, karena dasarnya bertani itu penghasilannya juga besar,” pungkas Imam.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz