Aliran Sungai Bengawan Solo terhambat akibat masifnya pertumbuhan eceng gondok. Oleh karena itu, 500 relawan melakukan aksi kolaborasi pengendalian eceng gondok, di Desa Malo, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, pada Minggu (29/10/2023).
Perlu diketahui, pertumbuhan eceng gondok yang cepat di aliran sungai maupun aliran lainnya, mengakibatkan sungai menjadi terhambat aliran airnya, mengalami pendangkalan, dan lain sebagainya.
Aksi bersih-bersih eceng gondok di Sungai Bengawan Solo ini digagas oleh Universitas Bojonegoro (Unigoro), IDFos Indonesia, Ademos Indonesia, Forum Gandong Indonesia, dan GELAR.
Dinas terkait juga membantu alat berat untuk proses pembersihan tanaman yang membahayakan perairan itu. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro merespons positif aksi yang baru pertama kali dilakukan di Kota Ledre itu.
Putut Prabowo, perwakilan Forum Gandong Indonesia, mengatakan seluruh peserta dan alat-alat berat dibagi ke sembilan titik agar jangkauan pembersihan eceng gondok lebih luas. Ada dua ekskavator, tiga perahu, enam dump truck, dan tiga mobil pick up yang diterjunkan untuk membantu proses pembersihan dengan cara manual ini.
“Meskipun tidak bisa membersihkan seluruh permukaan air, masyarakat di sekitar sini mulai tergugah kesadarannya untuk lebih peduli dengan Bengawan Solo. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi masyarakat yang ikut turun ke sungai dan membersihkan eceng gondok,” katanya di hadapan awak media.
Aksi peduli lingkungan itu bergulir sejak beberapa minggu lalu. Lambat lain, banyak pihak yang tertarik dan ikut bergabung membantu. Di antaranya BPBD Bojonegoro, Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro, dan Dinas Pemadam Kebakaran Bojonegoro.
Berikutnya, Dinas PU dan SDA Bojonegoro, BBWS Bengawan Solo, Polres Bojonegoro, Kodim 0813 Bojonegoro, PD Muhammadiyah Bojonegoro, PCNU Bojonegoro, PMI Bojonegoro, Jasa Tirta I, BMT NU, Pemdes Malo, MA Islamiyah Malo, dan masih banyak lagi.
Kepala Desa Malo, Sujito, mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang menginisiasi serta membantu proses pembersihan eceng gondok. Ia berharap, aksi ini bisa mencegah membeludaknya eceng gondok di Sungai Bengawan Solo.
“Sangat luar biasa dan bagus. Harapannya jangan sampai terjadi lagi blooming [berbunga] eceng gondok. Sekaligus kita bisa mencari solusi, kira-kira eceng gondok ini bisa dimanfaatkan untuk apa saja,” ucap Sujito.
Kalaksa BPBD Bojonegoro, Ardhian Orianto, turut mengapresiasi dan merespon positif aksi Bersama eceng gondok ini. Berdasarkan hasil evaluasi bersama, banyak hal yang perlu dibenahi sebelum aksi pembersihan eceng gondok selanjutnya dilakukan, seperti mengagendakan focus group discussion (FGD).
“Koordinasi antar para pihak harus ditingkatkan. Terutama untuk mengatur penggunaan alat-alat berat seperti perahu dan ekskavator agar bekerja maksimal. Sekaligus bisa membersihkan permukaan lebih luas lagi. Harus diagendakan lagi FGD lagi untuk mempersiapkan aksi selanjutnya. Pemkab Bojonegoro akan mendukung,” tandasnya.
Meskipun aksi ini berjalan sukses, dosen prodi ilmu lingkungan Unigoro, Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menilai jika pembersihan yang dilakukan secara manual hasilnya tidak maksimal.
"Agar lebih efektif, maka harus menggunakan alat aquatic weed harvester [AWS]. Seperti yang digunakan di Rawa Pening [Semarang],” ungkapnya.