Dewasa ini, manusia selalu membutuhkan lingkungan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan yang memberikan banyak manfaat.Terkadang aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan berdampak pada lingkungan. Mereka dapat memiliki efek yang baik atau buruk. Salah satu konsekuensi negatif dari aktivitas manusia adalah penurunan kualitas lingkungan hidup.Oleh karena itu, simak artikel ini, mengenai dampak aktivitas manusia terhadap kerusakan lingkungan. Berikut penjelasannya.
[caption id="attachment_56706" align=aligncenter width=1280] Ilustrasi. Padatnya Penduduk di Perkotaan/Foto: Pexels[/caption]Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk terus meningkat. Pembangunan dan perkembangan kota, pertumbuhan industri, kepadatan lalu lintas, deforestasi dan lain sebagainya. Menjadi permasalahan yang kompleks. Hal ini perlu diperhatikan, mengingat dampaknya terhadap berbagai sektor kehidupan dan lingkungan sekitar.Sebagian manusia terkadang masih menyepelekan akan aktivitasnya. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai dampak terhadap lingkungan.Melansir dari jurnal yang berjudul "Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia", dalam jurnal tersebut menjelaskan kecenderungan perubahan iklim di Indonesia dan aktivitas manusia urbanisasi, deforestasi dan Industrialisasi hal ini dapat merusak lingkungan.Aktivitas manusia telah menjadi kekuatan besar yang secara tidak sengaja mengubah dinamika cuaca, terutama di daerah urban. Terlebih lagi aktivitas manusia di daerah perkotaan. Peningkatan pembangunan dan urbanisasi dalam pola cuaca setempat.Bahan bangunan yang umum digunakan di daerah kota, seperti bata, beton, dan aspal, memiliki kemampuan dalam menyerap dan menyimpan panas matahari. Pada siang hari, ketika sinar matahari mencapai permukaan bahan bangunan ini, panas diserap dan disimpan.Setelah matahari terbenam, bahan-bahan ini kemudian melepaskan panasnya ke atmosfer sekitarnya. Fenomena ini dikenal sebagai "efek panas perkotaan" atau Urban Heat Island (UHI). Akumulasi panas ini dapat meningkatkan suhu udara di daerah perkotaan, menciptakan perbedaan suhu antara perkotaan dan pedesaan di sekitarnya.Selain itu, manajemen air di daerah perkotaan juga memiliki dampak besar pada cuaca lokal. Banyaknya pembangunan yang menggunakan beton dan aspal dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air.Hal tersebut dapat meningkatkan resiko banjir urbani dan mempengaruhi siklus air setempat.
2. Proyek Pertambangan
[caption id="attachment_56704" align=aligncenter width=1280] Ilustrasi. Proyeksi Pertambangan/ Foto: Pexels[/caption]Proses pertambangan seringkali melibatkan penggunaan zat kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida, yang dapat mencemari air tanah dan sungai. Limbah tambang dan tailing yang mengandung bahan beracun seringkali dibuang, menciptakan risiko pencemaran air dan tanah.Kegiatan pertambangan juga dapat menyebabkan hilangnya habitat alami, mengancam keanekaragaman hayati, dan mengakibatkan perubahan drastis pada tata guna lahan dan lanskap.Penebangan hutan yang dilakukan untuk membuka area tambang menyebabkan kerugian ekosistem hutan yang penting untuk menyerap karbon dan menjaga keseimbangan iklim.Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dalam kegiatan pertambangan turut menyumbang pada perubahan iklim. Penggunaan air yang berlebihan untuk proses pertambangan juga dapat mengakibatkan penurunan pasokan air untuk komunitas lokal dan ekosistem setempat.Jika melihat dari dampak sosial dan kesehatan masyarakat. Dapat terjadinya migrasi besar besaran penduduk, perubahan sosial dan budaya, serta resiko kesehatan akibat krisis air bersih dan pencemaran udara.Pencemaran udara dan air yang disebabkan oleh debu dan asap, limbah air, dan buangan tambang yang mengandung zat beracun yang disebabkan oleh operasi pertambangan.Yang paling utama dari adanya pertambangan yaitu tanah longsor. Dikarenakan tidak adanya penyerapan air ke dalam tanah.
3. Eksploitasi Terumbu Karang
[caption id="attachment_56705" align=aligncenter width=1280] Ilustrasi. Pencemaran pesisir pantai, akibat membuang sampah sembarangan/ Foto: Pixabay[/caption]Mengutip dari jurnal penelitian bahwa aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem terumbu karang antara lain adalah pengambilan karang secara ilegal, penangkapan ikan dengan bahan peledak, penggunaan bahan kimia beracun, penyetruman, penangkapan ikan berlebihan, limbah industri, tumpahan minyak di laut, dan pembuangan limbah.Manusia merupakan faktor terbesar akan rusaknya ekosistem terumbu karang. Hal ini disebabkan meningkatkan penekanan untuk mengeksploitasi sumber daya terumbu karang. Kondisi ini menyebabkan terumbu karang semakin lama semakin tergradasi.Salah satu dampak utama eksploitasi terumbu karang adalah kerusakan pada struktur fisik. Terumbu karang adalah rumah bagi banyak makhluk laut dan sumber kehidupan mereka. Maka kerusakan ekosistem akan menyebabkan kehilangan gudang makanan, tempat pemijahan, bertelur dan tempat berlindung dari predator.Kerusakan ekosistem laut akibat ulah manusia, yaitu penurunan spesies, kepadatan dan populasi ikan serta fauna bentik terumbu karang.Penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan bahan yang merusak seperti bom ikan, dapat merusak karang hidup. Pemukiman nelayan dapat terancam, yaitu ancaman terhadap mata pencaharian nelayan dan hilangnya pendapatan masyarakat dari perikanan dan pariwisata.
Ikuti Breaking News dan Berita Pilihan kami langsung di ponselmu.