Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Tanah Longsor di Wilayah Tambang Emas Trenggalek, Warga Khawatir Dampak Lebih Besar

Kabupaten Trenggalek dilanda hujan tanpa henti mulai akhir Juni 2023. Dampaknya, tanah longsor menggerus jalan serta menimpa rumah warga. Salah satunya tanah longsor di Kecamatan Kampak, Jumat (07/07/2023).

Peristiwa tanah longsor itu disampaikan oleh Stefanus Triadi Atmono, Kalaksan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek. Tepatnya, tanah longsor terjadi di RT 38 Jerambah dan RT 43 Pondok Nongko, Dusun Buluroto, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak.

"Tanah longsor pukul 13.15 WIB. Akibat hujan yang terus menerus dan sangat deras mengakibatkan tanah longsor menimpa rumah warga," ujar Triadi saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.

Triadi menyampaikan, tanah longsor itu mengakibatkan dapur di rumah jebol. Selain itu, kayu-kayu di pekarangan rumah warga juga ambruk ke jurang karena terbawa longsor.

BPBD Trenggalek mencatat, kerugian dari bencana itu sekitar Rp. 6 juta. Tidak ada korban jiwa dalam tanah longsor di Dusun Buluroto.

Dhian Eko Prasetyo, warga Desa Ngadimulyo, mengatakan kondisi terkini korban tanah longsor sudah diimbau oleh Ketua RT untuk mengungsi di rumah tetangga.

"Karena hujan tidak lebar, warga RT 43 masih menghuni rumahnya. Kalau malam ini tetap hujan, diharapkan untuk mengungsi di tempat tetangga yang lebih aman," ujar Dhian.

Dhian menyampaikan, warga sekitar saling membantu untuk membersihkan material tanah longsor yang menimpa rumah tersebut. Sedangkan, Pemerintah Desa Ngadimulyo terus berkomunikasi dengan BPBD Trenggalek.

Menurut keterangan Dhian, akibat tanah longsor ini, warga semakin khawatir dengan potensi dampak bencana yang lebih besar ke depannya. Sebab, wilayah Jerambah, Dusun Buluroto, Desa Ngadimulyo, masuk konsesi tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN).

Berdasarkan dokumen Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tambang emas PT SMN, Jerambah merupakan salah satu wilayah yang dieksplorasi pada triwulan tahun 2006 hingga 2014.

Waktu itu, PT SMN melakukan kegiatan eksplorasi berupa pemetaan geologi/mapping dan pengambilan contoh batuan, pasir, dan tanah untuk dianalisa di laboratorium, survei geofisika dan pemboran pandu.

Dari kegiatan eksplorasi tambang emas terluas di Pulau Jawa itu, PT SMN menemukan 9 lokasi prospek, yaitu Sentul-Bulutoro, Singgahan, Jerambah, Torongan, Ngerdani, Bogoran, Timahan, Sumberbening dan Dalang Turu.

"Saat ini saja belum ditambang sudah banyak retakan tanah, tanah longsor. Kalau nanti ditambang, mungkin kejadian bencana seperti itu lebih parah lagi. Itu yang ditakutkan oleh warga sekitar," ucap Dhian.

Dhian memaparkan, selain potensi dampak bencana, warga khawatir tambang emas akan merusak lahan pertanian warga, seperti kelapa, durian dan lain sebagainya. Warga juga khawatir dampak terhadap kebutuhan air bersih.

"Untuk dampak ke air bersih itu tidak cuma warga jerambah saja. Saat ini di titik bawah Jerambah itu kan ada aliran sungai, itu saat ini ada proyek pengairan pipanisasi [dari Pamsimas] untuk warga lain di Dusun Sambeng," ungkap Dhian.

Atas peristiwa tanah longsor ini, warga berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek bisa lebih memerhatikan potensi dampak lingkungan di Kecamatan Kampak, khususnya yang masuk konsesi tambang emas PT SMN.

"Harapan warga di daerah yang sangat rawan bencana, khususnya untuk rencana pertambangan yang mau dilaksanakan di Dusun Buluroto, Desa Ngadimulyo, itu dibatalkan, karena dampaknya sangat besar bagi kami.

Apalagi, tambah Dhian, tambang emas PT SMN itu tidak hanya berpotensi memberi dampak lingkungan di Dusun Buluroto, melainkan warga Kecamatan Kampak. Sebab, warga sangat bergantung kepada lahan untuk komoditas pertanian dan sumber mata air.

"Kami warga Ngadimulyo, juga untuk warga Kampak, khususnya yang sangat bergantung dengan kebutuhan air bersih yang dari Buluroto," tandas Dhian.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *