Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cerita Tarya Ningsih, Sosok Ibu Satu Anak dan Ibu Para Penyandang Disabilitas Trenggalek

Kabar Trenggalek - Perempuan kelahiran Trenggalek, 15 Apirl 1986, memberikan dedikasinya sebagai ibu penyandang disabilitas Trenggalek semenjak tahun 2009 silam. Hal itu memberikan perjalanan manis dan pahit seorang Tarya Ningsih, Rabu (22/12/2021).Tarya mengenang, dahulu saat menerima penyandang disabilitas yang umurnya melebihi dirinya. Di situlah kesabaran diuji dan sifat menjadi Ibu harus diperankan Tarya."Mau tidak mau, saya harus menempatkan sebagai ibu muda dengan disabilitas yang umurnya jauh dari saya," jelas Tarya saat ditemui di Yayasan Penyandang Disabilitas Naeema, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek.Sifat keibuan Tarya tidak hanya sebagai sosok yang bisa diajak komunikasi saja. Namun, Tarya juga bisa membantu menyelesaikan permasalahan mulai dari ekonomi, sampai masalah keluarga dari penyandang disabilitas.Baca juga: Cerita Mbah Lamijan: Kakek di Trenggalek yang Rela Pindah Rumah Demi Berdirinya Mushola"Pasti orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan. anak disabilitas juga memiliki keterbatasan ekonomi, ada yang datang kesini dengan permasalahan hutang, disinilah saya harus berfikir serius untuk cari jalan keluar," jelas Tarya sebagai sosok ibu satu anak dan disabilitas Trenggalek.Sering menerima disabilitas yang memilki sifat kurang baik, sampai orang tua kandung tidak menerimanya, namun sosok Tarya mampu menerima dan memberikan bimbingan agar menghilangkan sifat kurang baik."Walapun memiliki sifat kurang baik, bimbing dia dan jangan sampai dikucilkan, sebenarnya seburuk apapun sifat orang pasti ada sisi baiknya yang dimiliki. Itu semua sudah saya jalani dan mungkin akan ketemu hal itu juga kedepan," katanya sembari menurunkan raut wajahnya.Baca juga: Menelusuri Masalah Pendataan Warga Penerima Bansos Covid-19 di TrenggalekTarya ketika mendidik anak disabilitas sering berkata, bahwa dirinya juga memiliki sikap yang kurang baik. Namun Tarya selalu mewanti-wanti agar sikap yang kurang baik itu tidak diikuti oleh para penyandang disabilitas."Saya sering bilang, seorang ibu walau saya bukan ibu kandungnya tidak rela anaknya meneladani sifat yang kurang baik, Mungkin contoh kurang baik dari saya pernah gagal membangun rumah tanngga," lanjut Tarya.Mendapati pengalaman pahit dan manis, Tarya seorang ibu satu anak bernama Naeema. Tarya tidak pernah mendapatkan teguran dari anaknya, karena Tarya selalu membelajari Naeema membaur sejak dini.Baca juga: Anak Kiai di Jombang Ingin Status Tersangka Pelaku Kekerasan Seksual Dicabut, Hakim Menolak"Walaupun anak kandung saya Naeema masih berumur sembilan tahun tidak pernah komplain bahwa kasih sayangnya terbagi dengan anak penyandang Disabilitas," ungkap Tarya.Tarya mengatakan, cerita berbauran Naeema sering dijumpai. Seperti sering mendorong kursi rodak anak disabilitas dan sekarang perekembangannya sudah bisa belajar bahasa isyarat.Tarya Ningsih sedang mewujudkan mimpinya untuk bisa membangunkan rumah inklusif bagi penyandang Disabilitas. Saat ini, sudah ada 20 rumah dan dihuni lima penyandang disabilitas, rumah inklusif yang beralamat di Desa Prambon, Kecamatan Tugu."Pokoknya saya berpesan semuanya akan ada keajaiban, saya berpesan jangan menyerah dalam keadaan apapun," ujar Tarya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *