Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Pemuda di Desa Nglebeng Trenggalek, Bercerita tentang Jatuh Bangun usaha STMJ selama Tujuh Tahun dan Kini Omzetnya Rp 900 Ribu Per Hari

Kabar Trenggalek - Pada malam hari (04/06), Anta Sultoni sedang bekerja di warung Susu Telur Madu Jahe (STMJ) “Nendaaang 2”. Ia akrab dipanggil Sulton. Setiap hari, pemuda kelahiran Desa Nglebeng, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, itu berdagang STMJ. Tepatnya pemuda Desa Nglebeng Trenggalek itu berdagang di depan parkiran Tirta Jwalita, Trenggalek.Masyarakat Trenggalek sering mengonsumsi STMJ karena punya banyak khasiat untuk tubuh. Di dalam STMJ, terdapat protein, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan kandungan nutrisi lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.Ketika meminum STMJ, manfaat yang bisa kita dapatkan di antaranya adalah mencegah masuk angin, menambah kebugaran karena ada campuran madu dan telur di dalamnya, mengembalikan stamina, hingga bisa menjaga tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.Seusai sholat maghrib, Sulton menceritakan kisahahnya jatuh bangun mengelola usaha STMJ. Sulton memulai usaha STMJ sejak 2014. Dimulai dari satu outlet, ia pernah mengalami proses terjatuh ketika menjalankan usaha STMJ. Tahun 2014 itu adalah tahun rintisan, racikan STMJ Sulton belum sempurna. Sehingga, pelanggannya sepi dan usahanya sempat gulung tikar.Namun Sulton bukan orang yang mudah menyerah. Pada 2017, Sulton memberanikan diri untuk membuka STMJ-nya lagi. Usaha itu pun bertahan hingga kini. "Modal awal itu Rp 2 juta," ujar Sulton.Merintis STMJ, kata Sulton, berbeda dengan berjualan kopi. Dari segi keuntungan, penjual kopi dapat meraup untung lebih tinggi hingga 60 persen. Sementara dari sisi rasa, menurut dia, pembuatan STMJ lebih njelimet. Karena, STMJ perlu memadukan bahan dengan kadar yang seimbang, agar menghasilkan rasa yang pas."Sampai sekarang saya masih belajar (meracik STMJ), tapi saya ingin menghilangkan doktrin di masyarakat kalau STMJ itu selalu amis," ujarnya.Ayah dengan satu putri itu ingat, butuh waktu lama untuk berlatih membuat STMJ yang tidak menghasilkan aroma dan rasa amis. Sulton tak menyebutkan rinci bahan-bahannya. Namun, kata dia, aroma amis telur bebek itu bisa minim. "Mengurangi rasa amis ini menjadi karakter STMJ saya," ucapnya.Perjalan usaha pada 2019 menjadi titik awal perkembangan usaha STMJ milik Sulton. Pada 2019, minuman penambah kebugaran tubuh itu terjual hingga 7 liter sehari.Penjualan itu terus berkembang hingga sekarang, yang dapat menjual hingga 25 liter dalam sehari.Kenaikan penjualan itu pun berdampak pada omzetnya. "Awal buka (2014) itu Rp 8 ribu, tapi kini naik Rp 12 ribu per gelas, karena bahan-bahannya naik. Sekarang omzet rata-rata Rp 900 ribu per harinya," ungkapnya.Selama pandemi Covid-19, Sulton mengaku, daya beli masyarakat mengalami penurunan. Baginya, kondisi itu tak membuatnya putus asa, meski usahanya pernah tak seberapa menguntungkan."Pernah juga pok (pengeluaran dan pendapatan sama), tapi tetap dijalani," ujar Sulton.Dari hasil usahanya, pria kelahiran 1992 itu mengatakan, tak sedikit penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dia bersyukur, hasil jerih payahnya selama ini dapat menjadi tulang punggung keluarga.Kini, Sulton memiliki enam karyawan. Mayoritas adalah lulusan sekolah. "Yang penting anak-anak tidak sampai menganggur," ucapnya.Kini, Sulton tak lagi aktif berjualan, melainkan mengelola manajemen. Usaha STMJ-nya kini ada 4 outlet di Trenggalek. Dia berharap agar usahanya bisa lebih berkembang.Dengan perkembangan usahanya, Sulton ingin memberdayakan pada remaja dan pemuda yang tak memiliki pekerjaan. "Saya menargetkan bisa sampai 16 outlet," ungkapnya mantap.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *