Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
Fighter 2024

Unik, Pantai Mutiara Trenggalek Tanam Terumbu Karang Pakai Batok Kelapa 

Destinasi Pantai Mutiara di Trenggalek kini kembangkan penanaman terumbu karang secara alami. Tak ayal, pantai yang memiliki panorama alam nan indah dengan ombak air laut yang tenang itu, terus berkembang. 

Pantai Mutiara Trenggalek merupakan destinasi wisata yang terletak di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo. Penanaman terumbu karang dengan metode bioreeftek, artinya tempat penanaman menggunakan bahan alami batok kelapa.

Aksi penanaman tersebut tuai pujian dari orang nomor satu di Trenggalek, Mochamad Nur Arifin. Bupati Trenggalek yang getol menjaga kelestarian lingkungan itu terkesima dengan penanaman terumbu karang. 

Bupati yang akrab disapa Mas Ipin itu yakin bahwa metode bioreeftek tersebut ramah lingkungan. Karena, media penanaman terumbu karang menggunakan bahan alami batok kelapa. Terlebih, di wilayah Watulimo batok kelapa mudah ditemukan. 

"Saya senang pengembangan terumbu karang bioreeftek, karena dari namanya saja sudah bioreef, jadi benar-benar dari bahan alami yaitu dari batok kelapa," ujarnya. 

Mas Ipin juga menegaskan pada akhir-akhir ini banyak perkembangan informasi terkait bleaching di dunia. Tandanya, banyak karang yang mulai pudar warnanya atau spesifik warna putih. Belum lagi upaya pengrusakan yang dilakukan secara sengaja baik memakai potas, bom air dan upaya eksploitatif lainnya. 

"Saya tadi minta Dinas Perikanan [Diskan] Trenggalek untuk meminta ke provinsi untuk dikasih buoy. Kawasan taman bawah laut bisa dikasih buoy agar tidak dilalui perahu bermesin besar. Kalau kelewatan arusnya kadang mengganggu ekosistem dibawahnya," tegas Mas Ipin. 

Tambahnya, kalau terumbu karang mati mengering, ekosistem ikan di sekitar juga berkurang. Dengan begitu, rantai makanan terputus, kemudian plankton tidak ada, ikan kecil tidak ada, ikan besar tidak ada, efeknya bisa dirasakan nelayan. 

"Dampaknya, nelayan saat ini melautnya semakin jauh, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu ketika ekosistem bawah laut yang masih terjaga," tandasnya.