Kamera Lubang Jarum (KLJ) hingga sekarang masih tetap eksis dan diminati oleh beberapa kalangan atau komunitas. Salah satunya Komunitas Fotografi Trenggalek atau KFT menggunakan KLJ selama beberapa hari ke depan untuk merekam jalur matahari, Sabtu (11/03/2023).
Sebelumnya, Merekam Matahari adalah sebuah event yang diinisiasi oleh Indonesianpinhole.org dan Mulawali Institute. Dengan latar belakangnya untuk memperingati tahun astronomi Indonesia 2023 dan astronomi modern Nusantara.
Serta, Observatorium Bosscha, menyambut gerhana matahari total pada 20 April 2023, dan merayakan pinhole day atau hari lubang jarum.
Terdapat 500 titik yang menjadi tempat merekam matahari di Indonesia dan Trenggalek adalah salah satunya.
Saat dikonfirmasi, Tri Yulik Sukmono mengungkapkan, bahwa dia begitu semangat dan senang ketika Trenggalek dapat terlibat dalam kegiatan Merekam Matahari ini.
"Ini [Merekam Matahari] merupakan event yang dilakukan serentak di Indonesia. Tentu kebanggan tersendiri bagi KFT yang ikut terlibat. Bukan karena event nasionalnya, melainkan KLJ sendiri bagi kami adalah kemewahan dan bentuk eksistensi dalam dunia fotografi di tengah berkembangnya kamera digital," Ujar Tri.
Sebagai event pertama yang diikuti KFT, lanjut Tri, ia berharap agar hasil dari jepretan KLJ ini ke depannya bisa dijadikan pameran di Kuto Alen-alen Trenggalek.
Bukan tanpa alasan, lanjut Tri, sebagian masyarakat Trenggalek masih jarang mengetahui KLJ. Padahal KLJ ini bisa menjadi sarana belajar bagi masyarakat tentang prinsip dasar kamera.
Kesabaran 20 hari Merekam Matahari
Dalam 20 hari ke depan yang terhitung sejak Jum'at (10/03/2023) kemarin, Tri dan rekan-rekannya merekam lintasan matahari pada beberapa titik di Trenggalek. Hingga saat ini lokasi yang sudah dipasangi KLJ ada di Alun-Alun Trenggalek, Pasar Pon, Green Park, Pantai Konang, STKIP PGRI Trenggalek, dan area persawahan Jalan Kanjeng Jimat.
Untuk mengantisipasi terhadap gangguan, Tri menuturkan terdapat stiker yang ditempelkan di bawah KLJ. Stiker itu berisi larangan agar masyarakat tidak menyentuhnya.
"Tentu merekam matahari ini perlu sebuah kesabaran dan ketelatenan. Karena, hasil jepretan KLJ ini belum dapat ketahui langsung. Nantinya setelah 20 hari, kamera akan dilepas dan dikirim ke panitia yang ada di Bali.
"Untuk menyelesaikan tugas akhir, yakni developer pada kertas film di dalam KLJ akan dilakukan langsung oleh teman-teman panitia," ungkap Tri.
Tri bersama rekan-rekan KFT tak sembarangan memilih tempat sebagai pemasangan KLJ. Karena untuk mengantisipasi goyang, maka dipilih tiang yang kuat dan aman dari goncangan.
"Sesekali saya akan mengontrol di lokasi. Takutnya ada apa-apa yang dapat mengganggu proses merekam matahari," ungkap Tri.
Tri juga menambahkan, jika memotret menggunakan KLJ ini harus ekstra sabar dan hati-hati. Karena hasil jepretan tidak dapat diketahui secara langsung dan peletakan kamera di tempat terbuka rawan terhadap tangan-tangan usil.
"Saya berharap, meskipun masih ada potensi terdapat gangguan, setelah 20 hari pemasangan KLJ hasilnya sangat memuaskan. Sehingga nampak jelas jalur mataharinya," harap Tri.
Selain itu, Tri juga berharap semoga nantinya di Trenggalek bisa mengadakan pameran foto hasil KLJ. Serta dapat menarik antusias masyarakat untuk belajar KLJ.