Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Telisik Kopi Lingkar Gunung Wilis: Bagaimana Kopi Bisa Masuk Ke Trenggalek?

Di balik setiap cangkir kopi yang harum dan nikmat, terdapat cerita panjang dan perjalanan unik biji kopi dari perkebunan hingga cangkir kita. Di Kabupaten Trenggalek, kopi memiliki sejarahnya tersendiri. Mungkin kamu bertanya, Bagaimana kopi bisa masuk ke Trenggalek?

Perjalanan komoditas kopi di wilayah Trenggalek diwarnai oleh lanskap geografis yang khas. Elemen geografis yang dimaksud di sini tak lain ialah Pegunungan Wilis. Untuk memahami peran kopi dalam wilayah Trenggalek, kita perlu melihat ke belakang sejarahnya.

Kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan dan eksplorasi. Di Indonesia, tanaman kopi arabika diperkenalkan oleh kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Saat itu, kolonial Belanda membawa biji kopi arabika yang menjadi salah satu varietas yang tumbuh subur di wilayah iklim pegunungan.

Di wilayah Trenggalek, pengenalan kopi oleh kolonial terjadi sekitar abad 18 hingga 20. Para kolonial Belanda melihat potensi besar di tanah subur dan iklim yang mendukung pertumbuhan kopi di Pegunungan Wilis.

Perlu diketahui, Pegunungan Wilis mencakup enam kabupaten dan satu wilayah kota, di antaranya yakni Trenggalek. Mereka memulai perkebunan kopi dan membawa varietas kopi arabika ke wilayah ini.

Selanjutnya, tanaman kopi di Pegunungan Wilis berkembang pesat karena tanah yang subur. Selain itu, ketinggian yang memungkinkan untuk menghasilkan biji kopi berkualitas.

Dengan ketinggian yang bervariasi, tanah subur, dan iklim lembap, wilayah ini menjadi tempat ideal bagi pertanian kopi arabika. Biji kopi yang tumbuh di lereng Gunung Wilis memiliki karakteristik yang khas, termasuk cita rasa yang beragam dan kualitas yang tinggi.

Ketinggian tempat adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas biji kopi. Semakin tinggi ketinggian, biji kopi cenderung memiliki cita rasa yang lebih kompleks dan asam yang lebih cerah. Daerah pegunungan di sekitar Gunung Wilis menawarkan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman kopi ini.

Komoditas kopi selanjutnya menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah kolonial Belanda. Selama berabad-abad, komoditas kopi pun berinteraksi dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat lokal.

Petani di Trenggalek belajar untuk merawat tanaman kopi dan memproduksi biji kopi dengan cita rasa yang khas. Seiring berjalannya waktu, tradisi bercocok tanam kopi menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan mata pencaharian masyarakat lokal.

Dalam benak umum hari ini ketika dihadapkan pada dua kata: "kopi" dan "Trenggalek", barangkali banyak yang dalam benaknya langsung tertuju pada pekebunan kopi Dilem. Perkebunan kopi Dilem pada dasarnya merupakan perkebunan dan pengolahan kopi tinggalan Belanda.

Alasan mengapa perkebunan ini disebut dengan "Dilem" dikarenakan perkebunan ini mulanya milik warga Belanda bernama Meneer Van Dillem. Konon menurut penuturan lokal, objek ini telah ada sejak tahun 1929 ketika era kolonial. Di area ini, dapat ditemukan pohon-pohon kopi tua dan bangunan pabrik pengolahan kopi peninggalan Belanda.

Area seluas kurang lebih 200 hektare ini terletak di lereng Wilis, tepatnya berada di Desa Dompyong, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Kini, area ini menjadi agrowisata dengan bangunan-bangunan gudang kopi yang telah dipugar. Teruntuk pabrik kopi di perkebunan Dilem, saat ini masih beroperasi dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.

Demikianlah sedikit catatan masuknya kopi ke Trenggalek. Melalui catatan itu, kita bisa mulai memikirkan bagaimana potensi pengembangan kopi di Trenggalek.

Kopi di wilayah Trenggalek dan lingkar Wilis lainnya sebenarnya dapat berkembang menjadi komoditas berharga yang menggabungkan sejarah dan geografi. Seiring dengan peningkatan minat konsumen terhadap kopi berkualitas tinggi, ada peluang besar untuk mengembangkan kopi dari wilayah ini ke pasar yang lebih luas.

Langkah-langkah untuk mendukung pertanian kopi berkelanjutan dan promosi produk kopi lokal adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan industri kopi di Trenggalek dan sekitarnya. Dengan pemahaman tentang sejarah dan geografi, sebenarnya kopi dari wilayah ini memiliki cerita yang unik dan kualitas yang baik.

Dihadapkan pada problem kuantitas produksi, minimnya perhatian, serta problem lain, terdapat pertanyaan: apakah potensi ini benar-benar dapat kita optimalkan ke depannya?