KBRT - Tanah gerak di Trenggalek mendapat perhatian dari pusat, dengan Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) turun langsung ke lokasi. Langkah ini dilakukan sebagai upaya penelitian, mitigasi, dan penanganan bencana.
Penelitian berlangsung di Dusun Depok, Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh (14/01/2024), yang menjadi titik utama bencana. Tim PVMBG melakukan pemetaan geologi untuk memastikan kondisi area terdampak.
Oktory Prambada, salah satu peneliti PVMBG, menyebutkan bahwa dari hasil pengamatan sementara, ditemukan satu mahkota longsor besar yang membentang dari sisi barat, utara, hingga timur kawasan perbukitan.
“Area ini masih berpotensi mengalami longsor susulan karena retakan tanah yang ada belum ditangani dengan baik. Retakan ini bisa menjadi jalur air yang memicu longsor lanjutan,” jelasnya.
Lubang retakan tanah yang dibiarkan terbuka dinilai memperburuk risiko di kawasan tersebut. Oleh karena itu, PVMBG merekomendasikan langkah mitigasi segera untuk mencegah dampak yang lebih besar.
Sementara itu, Kepala BPBD Jawa Timur, Gatot Subroto, menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan kabupaten sedang menyiapkan rencana relokasi untuk 119 warga terdampak.
“Jika lahan relokasi telah siap, pemerintah provinsi akan segera membangun rumah untuk para pengungsi. Prioritas kami adalah memastikan warga terdampak bencana mendapatkan tempat tinggal yang aman. Relokasi ini merupakan langkah jangka panjang untuk melindungi mereka dari ancaman longsor,” ujar Gatot.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa sebanyak 119 warga dari 38 rumah di Dusun Depok harus mengungsi akibat bencana tanah gerak dan longsor di wilayah mereka. Saat ini, sebagian besar pengungsi tinggal di posko sementara atau menumpang di rumah kerabat.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Bayu Setiawan