Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Strategi Penjual Sayur Keliling Trenggalek, Gonta-ganti Menu Agar Laris

  • 26 Mar 2025 08:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Pedagang sayur keliling di Trenggalek umumnya berjualan pada pagi hari di bulan puasa, lain halnya dengan Indri Wulan (28). Pedagang sayur keliling asal Watulimo ini memilih menjajakan dagangannya pada sore hari selama bulan puasa. Indri, sapaan akrabnya, menerangkan bahwa sejak tahun 2018, ia lebih memilih berjualan pada sore hari selama Ramadhan.

    Bukan tanpa alasan, Indri menyebutkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan cenderung lebih tinggi di sore hari. Jika di pagi hari ia menjual bahan makanan mentah, maka pada sore hari ia menjual makanan matang yang siap dikonsumsi.

    "Soalnya kebutuhan orang ketika puasa itu sore hari, makanya saya pilih jualan sore. Biasanya orang-orang itu kalau di bulan puasa malas ribet masak, makanya saya jual makanan matang yang siap makan seperti sayuran matang, lauk pauk, atau takjil," ujar Indri Wulan.

    Omzet yang didapatkan Indri saat berjualan makanan matang di sore hari lebih tinggi dibandingkan saat ia berjualan di pagi hari pada hari-hari biasa. Menurutnya, selama bulan puasa omzetnya naik sekitar 50% dibanding hari biasa. Indri menyebutkan minimnya pedagang makanan atau takjil keliling pada sore hari menjadi faktor meningkatnya pendapatannya selama Ramadhan.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    "Jualan itu ramai kalau sore, naik hampir 50%. Kalau bulan Ramadhan ini, pendapatan kotor dalam sehari rata-rata bisa mencapai sekitar Rp500 ribuan. Namun, jika hari biasa omzet kotor rata-rata sekitar Rp300 ribuan," terangnya.

    Indri yang sudah berjualan keliling sejak tahun 2018 ini menjelaskan bahwa faktor cuaca juga memengaruhi hasil dagangannya. Jika musim hujan, ia menghadapi kendala akses dan mobilitas saat berjualan keliling. Namun, di sisi lain, musim hujan justru meningkatkan penjualannya karena banyak masyarakat enggan keluar rumah untuk belanja ke pasar, sehingga mereka lebih mengandalkan pedagang keliling.

    Pemudi asal Watulimo ini juga mengungkapkan bahwa ia sudah terbiasa berjualan sejak duduk di bangku SMA. Ia tumbuh di lingkungan keluarga pedagang, baik di pasar maupun di rumah, sehingga dunia dagang sudah menjadi bagian dari hidupnya.

    "Awal mula jualan keliling itu karena sejak lulus SMA saya tidak berminat kuliah. Berhubung orang tua juga jualan di pasar dan di rumah, maka saya mengikuti jejak mereka. Mungkin sudah DNA pedagang ya, bahkan sejak SMA saya sudah berjualan sampingan di sekolah," tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf